Langsung ke konten utama

Sudut Pandang Air di Mata Manusia


Manusia diciptakan dari air, sepertiga tubuhnya adalah air, dan manusia bertahan hidup juga dengan air. Manusia tidak bisa hidup tanpa air. 

Menjadi menarik ketika baru-baru ini kita sedang dihebohkan dengan permasalahan kelangkaan minyak di tanah air. Kita tahu, akibat inflasi yang berkepanjangan di dunia, harga minyak goreng di Indonesia dan berbagai kebutuhan pokok lainnya ikut naik.

Lantas, apa kaitannya air dengan minyak goreng? Sepertinya kita perlu memandang dari sisi yang berbeda, dan menyepakati bahwa minyak adalah salah satu jenis air. Jika permasalahan minyak goreng yang langka saja bisa menimbulkan berbagai konflik dan permasalahan di masyarakat, lalu bagaimana ketika yang menjadi langka adalah sumber air?

Sebagai warga negara di Indonesia, kita termasuk beruntung karena tinggal di tempat yang notabene tidak kesulitan mencari sumber air bersih. Kebutuhan harian seperti mandi, mencuci, memasak, dan sebagainya dapat berjalan baik dengan adanya sumber air di sekitar kita. Baik itu air sumur, air sungai, pam atau PDAM, semua orang memanfaatkan air untuk kelangsungan hidupnya.

Kendati demikian, ada beberapa masyarakat yang kurang beruntung yang kesulitan untuk mengakses sumber air bersih. Masih banyak warga yang harus bergantung hidup dengan air yang tidak layak, seperti masyarakat yang tinggal di Kawasan kumuh atau bantaran sungai. Bahkan, data dari Kementrian PUPR menyebutkan bahwa Kawasan kumuh di Indonesia meningkat empat kali lipat dari yang semula 38.000 hektar menjadi 87.000 hektare pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan di Kawasan tersebut, semakin banyak orang yang tidak bisa mengakses air bersih, mengingat adanya permasalahan lingkungan berupa sampah, sanitasi, air minum, limbah, dan sebagainya yang menjadi indikator sebuah kawasan kumuh. (CNNIndonesia, 04/11/2019)

Meskipun, orang-orang di daerah kumuh tersebut akan berusaha beradaptasi dan bertahan hidup dengan apa yang ada, fakta ini tak lantas membuat kita yang bisa menikmati air bersih sepuasnya untuk menutup mata. Bisa dibayangkan, satu botol air bersih bagi mereka sudah seperti emas yang berharga, sedangkan bagi kita justru dibuang-buang seenaknya. 

Sudut pandang orang dalam menyikapi air tentu saja berbeda, bergantung pada kebutuhan dan dimana ia tinggal. Orang yang tinggal di daerah yang kesulitan air bisa saja menggap air lebih berharga daripada barang lainnya. Begitupun juga orang yang tinggal di daerah yang kecukupan air, bisa pula memanfaatkan air seenaknya, tanpa ia merasa bersalah. 

Selain itu, ada pula beberapa masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari air. Misalnya saja warga yang tinggal di wisata perairan seperti pantai, danau, sungai yang dimanfaatkan untuk destinasi wisata, waduk, air terjun. Atau orang-orang yang memanfaatkan air untuk usaha, seperti peternakan ikan atau tanaman air lainnya. 

Dari sini, tentu kita bisa berpikir, bahwa air adalah salah satu potensi alam yang mempunyai kontribusi sangat besar bagi hidup kita. Dalam islam juga sangat menjunjung tinggi fungsi air bagi kehidupan, misalnya saja umat islam yang diperintahkan beribadah sholat harus didahului dengan berwudhu menggunakan air. Islam juga meyakini bahwa manusia diciptakan dari air. 

Begitu besar fungsi air yang sering tidak kita sadari, sampai-sampai kita kurang memanfaatkan air dengan bijak. Bahkan, setiap nafas yang kita hirup, ada kontribusi air dalam pembuatan oksigen. Maka dari itu, memulai dari diri sendiri, setelah menyadari fungi air, tentu kita bisa memanfaatkan air sebagaiman mestinya. Dengan tetap berkampanye, mendorong banyak orang untuk bijak menggunakan air, ikut melakukan sosialisasi, dan berharap agar pemerintah atau pihak yang berperan besar dapat melakukan perubahan melalui kebijakan-kebijakannya. 

Yang terpenting, kita tidak menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi pada alam. Karena sejatinya, alam tetap akan rusak karena kita, tinggal seberapa lama kita mau menjaga alam untuk generasi-generasi selanjutnya. 


Jepara, 11/04/2022

Hasyim Asnawi


Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190903212554-20-427289/kawasan-kumuh-indonesia-meluas-dua-kali-lipat

Tag : alam, air, manusia, bencana, hemat air,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s