Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama.
Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat.
Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak.
Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan tembang macapatnya, dan Rhy Husaini dengan puisinya “Muria, maukah kau jadi istriku?”
Pada puncaknya, Sosiawan Leak berhasil membius para penonton dengan puisinya yang bertajuk “Orang-orang Sarungan”. Puisi itu menceritakan potret perjalanan Nahdlatul Ulama dan peran-perannya sejak lahir sampai era saat ini.
“Bagaimana NU mengawal masyarakat dari zaman ke zaman, revolusi fisik, kemerdekaan hingga membangun peradaban negara, nasionalisme, kebangsaan sampai sekarang,” terang Leak ketika diwawancarai selepas acara, Jumat (10/3/2023).
Disinggung soal kegiatan persembahan 100 puisi, Leak mengungkapkan bahwa kegiatan malam itu sangat luar biasa. Menurutnya ekspresi kebudayaan semacam itu dapat melengkapi kegiatan budaya di KBPW.
“Kegiatan ini memang perlu dilengkapi untuk merepresentasikan diri, situasi ekspresi, kesegaran yang disampaikan dengan cara yang lengkap dan tidak kaku,” kata Leak.
Selain itu, ia juga tak menyangka keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan kebudayaan ini dapat terjaga secara kompak dan guyub. Bagi Leak, penerimaan masyarakat dalam sebuah kegiatan budaya sangatlah penting.
“Supaya kegiatan dan organisasi di dalamnya tidak tercerabut dari masyarakat,” tambahnya.
Menyelenggarakan aktivitas yang mempunyai daya dukung masyarakat menjadi faktor yang cukup penting dalam memajukan perkembangan dunia sastra dan budaya di Kudus. Lebih lanjut, cara itu dapat diawali dengan menggali lokalitas dan kearifan lokal sebagai identitas karakter sebelum merambah dunia global.
“Puisi juga bagian dari ekspresi seni budaya, Kudus dalam peta perpuisian Indonesia sudah punya penyair-penyair terkenal. Tinggal bagaimana kita menggali tema-tema yang hidup di masyrakat, menggali idium lokal, sebagai ide, inspirasi, dan transfer ilmu,” papar penyair bernama lengkap Sosiawan Budi Sulistyo itu.
Ia berharap, kedepannya kegiatan-kegiatan seperti ini dapat terus digiatkan, dengan menjaga spirit kebersamaan, menggali kasus-kasus baru untuk digarap, memperbanyak komunikasi dengan berbagai kalangan, umur, latar belakang maupun lintas disiplin ilmu.
“Sehingga muncul sinergi dan goal atau bersama dalam menghidupkan kebudayaaan di tengah masyarakat secara kontinyu (berkelanjutan, red),” pungkasnya.
Terpisah, Ketua Panitia asal PAC IPNU IPPNU Kecamatan Dawe, Ammar M Dzikro, mengatakan kegiatan ini gebrakan awal PAC dalam menjalin kerjasama dengan KBPW. Pihaknya mengharapkan adanya kerjasama di lain kegiatan sebagai strategi PAC dalam membangun jaringan dan belajar dengan komunitas multidisiplin ini.
“Kami sangat antusias dan senang bisa menjalin sinergi dengan KBPW, ini bisa jadi sarana kami untuk belajar, menjalin jaringan dan mempromosikan kegiatan kami di masyarakat luar,” ujarnya.
Komentar
Posting Komentar