Langsung ke konten utama

Kenapa Buku Bisa Bikin Candu?

Foto: setoncchs.com

Bagi sebagian orang, membaca adalah kegiatan yang cukup berat dan menjenuhkan. Sebagian yang lain, menanggap buku sebagai teman bercerita yang asyik untuk menghabiskan waktu.

Sejak kecil, kita semua telah dikenalkan dengan buku. Tapi bukan buku bacaan yang kita jumpai di toko-toko buku. Dan seiring perkembangan usia kita, definisi buku menurut setiap orang pasti mengalami perkembangan.

Ketika kecil, kita sudah dikenalkan dengan yang namanya Al-Qur'an bagi orang Islam, sejak madrasah atau tpq sudah diajarkan membaca huruf-huruf arab. Beranjak sedikit besar, kita mengenal komik, buku pelajaran, buku tulis, buku gambar. Saat itu kita mengira buku hanya berisi tulisan berlembar-lembar, dan sedikit gambar untuk memperjelas maksud tulisannya. 

Kita tidak tertarik untuk mengamati isi buku, siapa penulisnya, dan untuk apa itu dibuat. Apalagi, buku paket pelajaran menjadi sesuatu yang tidak disukai oleh kebanyakan anak-anak karena saking banyaknya yang harus dibawa tiap hari ke sekolah.

Definisi ku perihal buku masih serupa ketika menginjak SMP dan SMA. Bagiku, buku tak lebih dari sebuah tuntutan dari guru untuk mempelajarinya. Di sekolah saya tidak diajarkan untuk gemar membaca, termasuk menyukai buku. Barangkali, memang lingkungan di sekolahku tidak mendukung untuk membaca buku sebagai hobi.

Ketika memasuki bangku kuliah, pengertianku tentang buku sedikit berubah. Rupanya, ada banyak buku yang bisa membuat pemikiran dan wawasanku berkembang. Saya agak menyesal karena baru mengenal buku ketika kuliah. Padahal seharusnya, kegemaran membaca buku mesti diajarkan sejak dini.

Saya cukup beruntung, meskipun telat karena semester lima baru mengenal buku. Paling tidak, saya bisa menemukan satu dua hal baru dari buku yang telah saya baca. 

Sebenarnya, saya tidak tahu menahu soal buku. Apalagi, perihal genre, penulis, judul buku, hanya segelintir yang saya tahu. Itu pun, baru beberapa buku saja yang sudah saya hatamkan.

Memang benar, membaca buku sudah semestinya diajarkan sejak dini. Atau paling tidak, ketika sudah menjadi mahasiswa, muncul kesadaran diri untuk mulai menyukai buku, terutama membaca.

Banyak mahasiswa yang suka berargumen dan berpendapat, tapi minim bacaan. Ini yang ditakutkan. Mindset mahasiswa yang lebih mudah mengikuti arus tanpa menguatkan pondasi dan bekal dirinya sendiri. Ujung-ujungnya, hanya menjadi mahasiswa yang suka menyalahkan orang lain dan hanya bisa mengeluh. Tanpa ada solusi dan aksi yang ia lakukan, apa yang mereka keluhkan hanya menjadi wacana belaka.

Menumbuhkan rasa senang membaca memang tidak bisa instan. Dan ini perlu dilatih dengan sedikit paksaan. Buat temen-temen yang ingin gemar membaca, barangkali ini bisa menjadi tips bagi kalian. Tidak valid sih, tapi layak untuk dicoba.

Biasanya, saya menargetkan diri saya sendiri untuk membaca buku barang 5-10 menit perhari. Untuk awal-awal memang agak berat dan tidak konsisten. Tapi, lama-lama akan menjadi kebiasaan, bahkan bisa-bisa nagih karena penasaran dengan isi bacaan selanjutnya.

Sebelum membaca buku,, tentu saja kita perlu menentukan buku apa yang akan kita baca. Bisa dimulai dari jenis dan genre yang kita suka terlebih dahulu. Ini tidak bisa jadi patokan, karena setiap orang pasti berbeda dalam menyukai suatu hal. Contoh saja buku genre yang ringan-ringan dulu, seperti novel, sastra, buku romance, fiksi, dll. Yang terpenting, temukan dulu buku yang bisa membuat kamu jatuh cinta, seperti kata Mbak Najwa Shihab.

Berikutnya, kamu bisa buat target jangka panjang. Misalnya dalam satu bulan hatam satu buku. Atau jika terlalu berat, dua atau tiga bulan satu buku. Paling tidak, ini bisa memantik kamu agar tumbuh rasa gemar membaca.

Diskusi dan sharing buku. Cara ini saya kira cukup efektif buat kita yang tertarik dengan buku. Kita bisa sharing-sharing dengan teman kita yang sudah hobi membaca. Berdiskusi, saling tukar pikiran tentang buku yang sudah dibaca. Dari situ kita akan merasa punya teman yang referensi, terlebih dalam hal membaca buku. 

Beri reward dan punishment. Setelah dirasa sudah rutin membaca, kita juga boleh kok untuk memberi reward buat diri sendiri. Atau jika target yang kita tuju belum tercapai, atau kita sendiri yang melanggar kesepakatan dan konsistensi kita di awal, kita bisa memberikan punishment atau hukuman buat diri sendiri, tidak perlu berat, sesuai dengan kebutuhan saja.

Memberi reward juga bisa dalam bentuk buku. Misalnya membeli buku yang sangat ingin kamu baca. Ini selain bisa membuatmu senang, juga bisa meningkatkan kegemaranmu dalam membaca. 

Setelah kamu jatuh cinta pada buku, kamu tidak akan menyesal jika uangmu kamu gunakan untuk membeli buku. Dan makin kesini, kamu akan tahu kenapa orang-orang bisa begitu gemar membaca buku. Bagi mereka yang sudah terbiasa membaca buku, mereka akan sepakat untuk berkata, "ternyata, buku bisa membuat kita candu." 


Jepara, 19/04/2022

Hasyim Asnawi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s