Langsung ke konten utama

Sadar Peran, Kompromis, dan Pendewasaan

Setiap orang mempunyai cara dan prosesnya masing-masing dalam berkembang, termasuk dalam pendewasaan. Terkadang, proses pendewasaan yang kita alami memang tidak menyenangkan, meskipun begitu, mestinya kita yakin bahwa itu semua adalah skenario Tuhan, dan pada akhirnya semua akan terselesaikan.

Saya rasa, banyak hal positif yang bisa kita ambil dari gejala pandemi ini. Daripada kita mengutuk wabah yang tak tahu berakhirnya kapan, bukankah lebih baik untuk kita beradaptasi, dan memaksimalkan apa yang kita miliki, dengan alternatif-alternatif lain sesuai isi hati.

Dulu, saya pikir saya tidak bisa bertahan hanya berdiam diri di rumah. Rasanya tidak melakukan apa-apa selama seharian pasti sangat menjenuhkan. Apa lagi jika tidak mempunyai kegiatan, kita seakan jadi patung yang berjalan atau hanya jadi beban (keluarga).

Kalau dipikir-pikir, pasti ada yang salah, ketika kita tidak bisa memanfaatkan waktu untuk hal yang produktif. Tidak jarang banyak dari kita yang menjadikan waktu sebagai alasan, salah satunya menunda tugas. Kita merasa tidak punya waktu melakukan ini itu secara berbarengan, bahkan kita sering menjadikan alasan tersebut untuk berdalih mengabaikan.

Saya sadar, ternyata saya sering melakukan itu, mengabaikan tugas satu dan mementingkan tugas yang lain, padahal saya belum mempertimbangkan, tugas mana dulu yang harus saya dahulukan. Memang kemampuan saya dalam manajemen waktu, masih sangat kurang

Bukan perkara mudah untuk kita menyeimbangkan peran. Entah itu peran di organisasi, di rumah, di pekerjaan, atau di manapun, terkadang kita tidak sadar apa sebenarnya peran kita di sana. Ambil contoh ketika kita ditugasi ketua dalam sebuah kegiatan, kita sering apa tugas ketua, dan bagaimana mengarahkan anggotanya.

Dalam hal ini kita butuh yang namanya manajemen hati, tidak hanya waktu yang perlu kita bagi, hati juga. Jarang, orang yang bisa mengatur hatinya dengan baik (termasuk aku). Semisal kita sedang berkumpul atau mengerjakan sesuatu, terkadang hati dan pikiran kita tidak bisa fokus ke tugas yang ada di depan mata, malah pikiran kita kemana-mana. Itu yang sering membuat kita tidak fokus, mengeluh, berasalan, dan terlalu mengkhawatirkan apa yang belum terjadi.

Dewasa ini, relasi menjadi sangat penting. Kita sadar, sebagai manusia kita tidak dapat melakukan segala hal, karena kemampuan kita terbatas. Begitupun dalam sebuah organisasi, ketika kita mendapat tugas yang tidak bisa kita kerjakan, kita dapat mengkomunikasikannya. Bukan untuk menghindari, lebih kepada bagaimana cara alternatif agar tugas tersebut dapat terselesaikan. Kalau istilahnya adalah kompromis. Kita tidak harus menyelesaikan semuanya sendiri, dengan alasan tidak ingin merepotkan orang lain, karena pada dasarnya kita pasti butuh bantuan orang lain.

Yang pengen saya tekankan disini, utamanya untuk teman-teman adalah tiga hal itu. Bagaimana kita menyadari dan memposisikan diri kita, bagaimana kita membangun relasi dan hubungan baik antar sesama maupun kepada Tuhan, dan bagaimana cara alam mendewasakan lewat proses yang kadang menyenangkan, menyedihkan atau bahkan menyakitkan. Dan mungkin kita tidak tahu apakah bisa melewatinya atau tidak.

Yang jelas, lpm hanyalah sarana belajar, seperti organisasi lainnya, tidak begitu wah tapi tidak begitu buruk juga. Apa yang temen-temen lakukan di lpm itulah yang bakal kalian dapatkan. Saya sadar lpm tidak bisa memberikan apa-apa untuk kalian, saya yakin tidak semua yang ada di lpm ingin jadi penulis, wartawan, jurnalis, atau yang lain, silakan buat senyaman ketika berproses di lpm.

 

Jepara, 19 Juli 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s