Setiap
orang mempunyai cara dan prosesnya masing-masing dalam berkembang, termasuk
dalam pendewasaan. Terkadang, proses pendewasaan yang kita alami memang tidak
menyenangkan, meskipun begitu, mestinya kita yakin bahwa itu semua adalah
skenario Tuhan, dan pada akhirnya semua akan terselesaikan.
Saya
rasa, banyak hal positif yang bisa kita ambil dari gejala pandemi ini. Daripada
kita mengutuk wabah yang tak tahu berakhirnya kapan, bukankah lebih baik untuk
kita beradaptasi, dan memaksimalkan apa yang kita miliki, dengan
alternatif-alternatif lain sesuai isi hati.
Dulu,
saya pikir saya tidak bisa bertahan hanya berdiam diri di rumah. Rasanya tidak
melakukan apa-apa selama seharian pasti sangat menjenuhkan. Apa lagi jika tidak
mempunyai kegiatan, kita seakan jadi patung yang berjalan atau hanya jadi beban
(keluarga).
Kalau
dipikir-pikir, pasti ada yang salah, ketika kita tidak bisa memanfaatkan waktu
untuk hal yang produktif. Tidak jarang banyak dari kita yang menjadikan waktu
sebagai alasan, salah satunya menunda tugas. Kita merasa tidak punya waktu
melakukan ini itu secara berbarengan, bahkan kita sering menjadikan alasan
tersebut untuk berdalih mengabaikan.
Saya
sadar, ternyata saya sering melakukan itu, mengabaikan tugas satu dan
mementingkan tugas yang lain, padahal saya belum mempertimbangkan, tugas mana
dulu yang harus saya dahulukan. Memang kemampuan saya dalam manajemen waktu,
masih sangat kurang
Bukan
perkara mudah untuk kita menyeimbangkan peran. Entah itu peran di organisasi,
di rumah, di pekerjaan, atau di manapun, terkadang kita tidak sadar apa
sebenarnya peran kita di sana. Ambil contoh ketika kita ditugasi ketua dalam
sebuah kegiatan, kita sering apa tugas ketua, dan bagaimana mengarahkan anggotanya.
Dalam
hal ini kita butuh yang namanya manajemen hati, tidak hanya waktu yang perlu
kita bagi, hati juga. Jarang, orang yang bisa mengatur hatinya dengan baik
(termasuk aku). Semisal kita sedang berkumpul atau mengerjakan sesuatu,
terkadang hati dan pikiran kita tidak bisa fokus ke tugas yang ada di depan
mata, malah pikiran kita kemana-mana. Itu yang sering membuat kita tidak fokus,
mengeluh, berasalan, dan terlalu mengkhawatirkan apa yang belum terjadi.
Dewasa
ini, relasi menjadi sangat penting. Kita sadar, sebagai manusia kita tidak
dapat melakukan segala hal, karena kemampuan kita terbatas. Begitupun dalam
sebuah organisasi, ketika kita mendapat tugas yang tidak bisa kita kerjakan,
kita dapat mengkomunikasikannya. Bukan untuk menghindari, lebih kepada
bagaimana cara alternatif agar tugas tersebut dapat terselesaikan. Kalau
istilahnya adalah kompromis. Kita tidak harus menyelesaikan semuanya sendiri,
dengan alasan tidak ingin merepotkan orang lain, karena pada dasarnya kita
pasti butuh bantuan orang lain.
Yang
pengen saya tekankan disini, utamanya untuk teman-teman adalah tiga hal itu.
Bagaimana kita menyadari dan memposisikan diri kita, bagaimana kita membangun
relasi dan hubungan baik antar sesama maupun kepada Tuhan, dan bagaimana cara
alam mendewasakan lewat proses yang kadang menyenangkan, menyedihkan atau
bahkan menyakitkan. Dan mungkin kita tidak tahu apakah bisa melewatinya atau
tidak.
Yang
jelas, lpm hanyalah sarana belajar, seperti organisasi lainnya, tidak begitu
wah tapi tidak begitu buruk juga. Apa yang temen-temen lakukan di lpm itulah
yang bakal kalian dapatkan. Saya sadar lpm tidak bisa memberikan apa-apa untuk
kalian, saya yakin tidak semua yang ada di lpm ingin jadi penulis, wartawan,
jurnalis, atau yang lain, silakan buat senyaman ketika berproses di lpm.
Jepara,
19 Juli 2021
Komentar
Posting Komentar