Langsung ke konten utama

Sinopsis Sendratasik Dolanan Jamuran

sumber: kisspary.com


Ubat-ubet ngopeni dolanan jamuran

Suatu hari di sebuah desa yang jauh dari suara bising dan perkotaan, ada sebuah keluarga kecil yang sedang berkumpul bersama. Pada suatu siang, didapati sepasang suami istri sedang duduk bersantai sambil menonton televisi. Sedangkan di sebelahnya, di ruang tengah tepatnya, kedua anaknya terlihat asyik bermain smartphone  yang dipinjami ibunya.

Entah apa yang dilihat kedua anak itu, tidak jarang mereka senyum –bahkan tertawa- dengan  sendirinya sambil memegang  gawai kecil yang terus memancarkan cahaya itu. Suasana berubah ketika sang Ibu begitu saksama menyimak sebuah berita. seorang reporter mewartakan sebuah berita tentang anak yang terkena sindrom atau kelainan. Sindrom pada anak ini tidak lain akibat keseringan bermain gadget.

Mengetahui berita ini, sontak sang Ibu langsung memperlihatkannya kepada Suaminya. Sang Ayah yang tidak mau hal ini terjdi pada kedua anaknya, segera memperingatkan mereka agar tidak terlalu sering bermain HP dan menarik Hp-nya dari genggaman kedua anaknya. Sang Ayah kemudian menganjurkan mereka agar bermain di lapangan.

Kedua anaknya pun setuju, dan berencana mengajak teman-temannya untuk ikut bermain bersama. Si Kakak mengajak teman yang satu, si Adik mengajak teman lainnya, mereka berjanji bertemu di lapangan. Ketika telah sampai di lapangan, ternyata sudah ada anak-anak lain yang bermain duluan di sana. Karena tidak ingin bertengkar, mereka akhirnya memutuskan untuk bermain bersama, singkat cerita ‘Dolanan Jamuran’ disepakati semuanya.

Meskipun di tengah permainan sempat terjadi bersitegang dan pertengkaran, mereka sama-sama dapat meleraikannya dengan baik, sesuai kesepakatannya masing-masing. Saking serunya, anak-anak ini sampai lupa waktu, sehingga banyak orang tua dari anak itu menjemputnya. Sebelum pulang, sambil bergandengan tangan mereka semua menarikan sebuah tarian bersama-sama, dan disebutlah tari “Jamuran.”

Selesai.

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s