Langsung ke konten utama

Benarkah Kita Harus Bahagia?

sumber: mainmain.id

Belakangan ini saya sering menjumpai buku-buku yang baru rilis bergenre self healing. Bukannya apa, memang di masa-masa sulit seperti ini kita perlu menjaga kesehatan mental, dan salah satu caranya ialah dengan membaca buku.

Ambil contoh buku keluaran baru milik alvi syahrin, "insecurity is my middle name", buku yang berisi 15 bab bagaimana kita sering merasa insecure atau tidak percaya diri dengan diri kita sendiri. Di sini kita akan menemukan bab-bab dimana kita akan belajar menerima diri sendiri, memberi apresiasi, dan menyayangi dirimu sendiri. Bukan untuk promosi, tapi buku ini cukup direkomendasikan bagi kaum-kaum yang sering insecure, mengeluh berlebih, dan merasa kenapa dirinya tidak seperti orang lain, Let's go and try loving yourself.

Buku kedua yang mungkin saya rekomendasikan adalah duduk dulu, buah karya dari Syahid Muhammad. Buku yang menceritakan tentang diri sendiri yang seolah dupa untuk duduk dulu dan mencintai diri sendiri. Buku ini memberikan ruang bagi kita untuk rehat dan beranjak sejenak dari segala masalah dan kebisingan di sekitar kita, menyadarkan kita untuk menjadi manusia seutuhnya.

Saya kira kita terlalu sering menuruti keinginan orang lain, misalnya saja ingin membuat semua orang bahagia tapi justru malah menyakiti diri sendiri, terlalu memikirkan kata orang, terlalu ragu dengan diri sendiri, insecure dengan pencapaian teman-temannya, dan sekelumit pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan yang kadang membuat kita overthinking tiap malam.

Tak apa, kita hanyalah manusia. Yang sejatinya lemah namun dipaksa kuat oleh keadaan. Yang jelas, kita memang harus bahagia, tidak untuk setiap saat, tapi untuk menjaga kesehatan mental dan kewarasan kita. Karena katanya, dunia sudah tidak baik-baik saja.

Kita sering ditanya, kapan nikah, kapan lulus, kapan punya pacar, kapan sukses, kapan punya uang banyak, dll. Namun tak sekalipun kita ditanya apakah kamu bahagia hari ini? Padahal bahagia menjadi faktor penting bahkan menjadi alasan utama mengapa kita hidup, yaa untuk bahagia.

Bahkan, hal ini sudah cita-cita bangsa Indonesia dalam 20 tahun kedepan, menuju Indonesia bahagia dengan segala keanekaragaman yang dimilikinya. Artinya, kesuksesan, kekayaan, keberhasilan, hanyalah sarana untuk mencapai bahagia. Dan kita tak seharusnya mematok sarana itu sebagai satu-satunya jalan untuk bahagia.

Setiap orang punya caranya sendiri untuk mengatur hatinya. Ada yang bisa makan di pinggir jalan sudah bahagia, ada yang bisa berkumpul, dan bercanda bareng temen sudah bahagia, ada yang share story saja sudah bahagia, dan sebagainya. Dan kita tidak boleh jadi satu orang yang menyebalkan dengan mengusik kebahagiaan mereka.

Seperti tulisan yang sebelumnya saya share, kita musti pandai mengatur hati, mulai menerima diri sendiri, dan mengevaluasi untuk perbaikan diri. Karena, kita sudah sempurna, bagi orang-orang yang menyayangi kita, eakk :v

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s