Langsung ke konten utama

Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Nabi tentang tujuan pendidikan

Mewujudkan Sistem Pendidikan yang Sejalan dengan Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Hadis Nabi 

Disusun Guna Memenuhi Tugas 
Mata Kuliah: Hadis Tarbawi 
Dosen Pengampu: Aat Hidayat, M.Pd.I 



Disusun Oleh: 
Hasyim Asnawi 1710310139 


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 
JURUSAN TARBIYAH 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS 
TAHUN 2018 

BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Dalam pandangan islam hadis merupakan salah satu sumber ajaran islam yang menduduki posisi kedua setelah Al-Qur’an. Secara fungsional hadis merupakan penjelas terhadap isi Al-Qur’an yang masih global. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari pokok-pokok ajaran islam yang terdapat dalam hadis tersebut. 
Secara definisi, hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan ataupun sifat. Hampir seluruh permasalahan yang menyangkut agama dan urusan lain termuat dalam hadis, bisa meliputi akidah hukum, muamalah bahkan pengajaran dan pendidikan. 
Pendidikan sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah, namun belum terlihat jelas karena para sahabat tinggal bertanya langsung kepada Rasulullah apabila menemui kesulitan dalam menerima ajaran Raulullah. 
Setelah Rasulullah wafat muncul usaha pengkajian terhadap isi hadis sehingga menghasilkan karya hadis pada zama modern, salah satunya adalah hadis tarbawi yang membahas tentang pendidikan. 
Menurut KBBI pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, cara mendidik. Setiap sistem pendidikan pasti memiliki tujuan. Tujuan pendidikan adalah  suatu nilai ideal yang hendak diwujudkan melalui proses kependidikan. 
Setiap sistem pendidikan pasti memiliki tujuan. Tujuan pendidikan yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah mengmbangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 
Seperti yang dijelaskan di atas dapat kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan secara garis besar terbagi menjadi tiga macam, yaitu membentuk akhlak yang mulia, membentuk kecakapan ilmu dan membentuk keterampilan hidup. 
Sementara itu, pendidikan islam lebih berorientasi pada nilai-nilai ajaran islam. Tujuan pendidikan islam adalah membentuk kepribadian muslim yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran sumber pokok islam. 
Dengan demikian penulis akan meneliti ada tidaknya hadis yang mengandung tujuan pendidikan. Dari analisis tersebut, diharapkan agar penulis mampu menuangan nilai-nilai pendidikan yang termuat dalam menerapkannya pada sistem pendidikan saat ini. 
B. Rumusan Masalah 
1. Bagaimana hadis nabi yang mengandung tujuan pendidikan? 
2. Apa makna/nilai pendidikan yang terdapat dalam hadis tersebut? 
3. Bagaimana kontekstualisasi hadis tersebut dengan keadaan sekarang? 
C. Tujuan 
1. Menjelaskan hadis nabi yang mengandung tujuan pendidikan. 
2. Mengetahui makna atau nilai pendidikan yang terdapat dalam hadis. 
3. Menjelaskan kontektualisasi isi hadis dengan keadaan sekarang 

BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Teks Hadis dan Terjemah 
Berikut adalah beberapa hadis yang memuat tujuan pendidikan: 
1. Hadis tentang menyempurnakan akhlak 
عن جابربن عبدالله، قال: قال رسل الله صلى الله عليه وسلم ان الله  يبعثني بتمام مكارم الاخلاق وكمال محاسن الأفعال 
Artinya: “Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhya Allah SWT mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan dan kebaikan perbuatan.”” 
2. Hadis tentang pengajaran ilmu 
عن عبدالله بن مسعود رضى الله عنه قال؛ قال النبي صل الله عليه وسلم؛ لا حسد الا في اثنتين؛ رجل اتاه الله مالا فسلط على هلكته في الحق ورجل اتاه الله الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها           
Artinya: "Dari Abdullah bin Mas'ud ra. berkata: Tidak boleh hasud (iri), kecuali pada dua hal: orang yang dikaruniai harta benda oleh Allah kemudian menggunakan hartanya sampai habis dalam kebaikan, dan orang yang dikaruniai hikmah (ilmu) oleh Allah kemudian ia mengamalkannya dan mengajarkannya (HR. Al-Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad). 
3. Hadis tentang anjuran memanah, berenang, dan berkuda 
اخبرناابوبكراحمدبن الحسن القاضى، ناابوجعفرمحمد بن على بن دحيم الشيبا ني، انااحمد بن عبيد بن اسحق بن مبارك العطا، ناأبي، حدثى، قيس،عن ليث، عن مجاهد، عن ابن عمر، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : علموأبنأ كم السباحة والرمى، والراةالمغزل، عبيد العطارمنكرالحديث 
Artinya: “Abu Bakar bin Ahmad bin Al- Hasan Al- Qadhi mengabarkan kepada kamu, Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Duhain Asy Syaibani mengabarkan kepada kamu, Ahmad bin Ubaid bi Ishaq bi Mubarak Al- Athan mengabarkan kepada kami, Ayahku (Ubaid bin Ishaq) mengabarkan kepadaku dari laits, dari mujahid dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Ajarkanlah anak-anak kalian renang, melempar dan ajari kaum wanita kalian memintal.” (Al Baihaqi berkata: ) Ubaid Al Athar adalah perawi yang munkarul hadis.” 
B. Mufrodat 
1. Hadis tentang menyempurnakan akhlak 
يبعثني     : Mengutusku 
بتمام : Menyempurnakan 
  مكارم الاخلاق : Ahlak Mulia 
وكمال : Sempurna 
محاسن الأفعال  : Bagusnya Perbuatan 
2. Hadis tentang memanah, berenang, dan menenun 
علموا : Ajarkanlah 
ابناءكم : Anak-anakmu 
السباحة : Berenang 
الرمي  : Memanah 
المغزال  :Menenun/Memintal 
3. Hadis tentang pengajaran ilmu 
حسد : Hasud/Dengki 
اثنتين  : Dua Perkara 
اتاه  : Mendatangi/ Memberi 
   الحكمة : Hikmah (Ilmu) 
يقضي  : Menghabiskan 
يعلمها  : Mengajarkannya 
فسلط علي هلكته : Dikuasakan/Dimungkinkan Membelanjakannya 
في الحق    : Dalam Kebaikan 
C. Asbabul Wurudz 
      Berikut asbabul wurudz yang menjelaskan hadist diatas 
1. Hadis tentang penyempurnaan ahlak 
Bangsa Arab dahulu sebelum diutusnya Rasulullah SAW merupakan umat yang memiliki akhlak yang terbaik karena mereka memiliki sebagian akhlak mulia yang merupakan warisan agama Nabi Ibrahim as. Namun banyak dari mereka yang kufur dan keluar dari syari’at Nabi Ibrahim. 
Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak mereka dengan membersihkan jiwa mereka dari akhlak yang buruk, sehingga menjadi umat yang bertaqwa. 
2. Hadis tentang pengajaran ilmu Asbabul wurud hadid ini bisa dijelaskan oleh hadis lain yang artinya berikut ini. “Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang: seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang al-Qur-an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan (bacaan al-Qur-an)nya dan berkata: “Duhai kiranya aku diberi (pemahaman al-Qur-an) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca al-Qur-an) seperti yang diamalkannya. Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata: “Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya” (HR. Al-Bukhari). 
Maksud hadis diatas ialah si tetangga Fulan iri kepada Fulan yang membaca Al-quran siang malam dan ingin mengamalkannya. Dan juga ada orang lain yang iri kepada si Fulan karena memiliki harta untuk berksedekah di jalan Allah. 
3. Hadis tentang anjuran memanah, berenang, dan berkuda 
Secara umum, isi kandungan hadis diatas adalah bentuk dari kontinuitas bangsa Arab yang tidak bertentangan dengan dengan agama bahkan dapat dijadikan sebagai media dakwah dalam menyebarkan islam. 
Olahraga yang bersifat betangkasan memang sudah menjadi tradisi bangsa Arab sebelum islam muncul. Adapun jenis olahraga yang paling mendominasi adalah memanah berkuda, dan bermain pedang. Saat itu, orang-orang tangguh sangat dibutuhkan untuk berperang melawan musuhnya. Usaha itu dapat dicapai dengan berkuda dan bermain pedang, demikian juga dengan memanah. Barang siapa yang pandai bermain kuda, bermain pedang ataupun memanah, maka ia akan direkrut untuk menjadi pasukan perang. 
Lantas, apa tujuan Nabi menganjurkan olahraga berenang? Padahal secara geografis negara Arab pada saat Nabi hidup adalah dataran yang tandus, kering kerontang, bahkan tidak terdapat sungai yang mengalir disana. Kemungkinan, yang dapat kita pahami dari hadis ini adalah bentuk sesuai dengan perkembangan zaman. 
D. Syarah 
Dalam memahami sebuah hadist, kita tidak boleh memaknainya secara tekstual saja. Tetapi harus memahami keseluruhan hadist mulai dari asbabul wurudz sampai syarah hadist. Hal ini dilakukan semata-mata agar kita tidak salah arti dalam memahami hadist sehingga kita tidak terperosok dalam jurang pemahaman yang keliru. 
Berikut penjelasan hadist diatas 
1. Hadis tentang penyempurnaan akhlak 
Dalam hadis ini Rasulullah SAW menjelaskan bahwa salah satu tujuan dan tugas beliau yang terpenting adalah menanamkan dasar akhlak yang mulia dan menyempurnakannya serta menjelaskan ketinggian akhlaknya. 
Hal ini tentunya menunjukkan urgensi atau peranan penting tazkiyatun nufus (pensucian jiwa) dan pengaruh besarnya dalam mewujudkan masyarakat islam yang sesuai dengan manhaj kenabian. Hal ini karena tazkiyatun nufus tidak lepas dari akhlak mulia karena istiqomahnya, ketinggian dakwanya serta keindahan akhlak tersebut. Sehingga, dakwah Rasulullah dalam memperbaiki akhlak manusia tidak terlepas dari tazkiyatun nufus. 
Para Rasul mengajak manusia membersihkan jiwanya dari kemusyrikan dan kemaksiatan. Banyak ayat Al-Qur’an yang menunjukkan perhatian besar para Rasul terhadap ketaqwaan yang menyangkut tazkiyatun nufus, sebab hakikat tazkiyatun nufus itu sendiri adalah taqwa. 
2. Hadis tentang pengajaran ilmu 
Hadis ini menjelaskan ada dua hasut (iri dengki) yang diperbolehkan dalam islam. Pertama, harta sesorang yang dihibahkan di jalan Allah SWT, kedua ilmu pengetahuan yang dimiliki kemudian diamalkan atau diajarkan kepada orang lain. 
Hasut disini diartikan sebagai ghibthah, yaitu keinginan memiliki kenikmatan orang lain serta utuhnya nikmat itu bagi pemiliknya. Iri dalam konteks ini dianjurkan oleh Rasulullah karena termasuk berlomba-lomba dalam kebaikan. 
3. Hadis tentang memanah, berenang, dan berkuda 
Al-Minawi dalam kitab Faidhul Qodir menempatkan aktivitas melatih kuda sebagai usaha untuk memenangkan sebuah peperangan. Di dalamnya tertuliskan “yang dimaksud dengan melatih kuda adalah menaikinya, memacunya, dengan melakukan perjalanan dengannya serta mengajari kuda tersebut beberapa hal yang diperlukan. Adapun makna kuda ialah setiap kendraan yang digunakan untuk berperang. 
E. Makna/ Nilai Pendidikan 
Dari beberapa hadis diatas, terdapat nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. Sebenarnya, para ahli pendidikan islam telah membagi nilai pendidikan yang termuat dalam hadis ke dalam tiga kategori. Pada dasarnya ketiga kategori tersebut memiliki kesamaan dari segi maknanya, namun secara esensial memiliki perbedaan baik secara tekstual maupun kontekstual. Yaitu: al-Tarbiyah, al-Ta’lim, dan al- Ta’dib. 
1. Hadis tentang penyempurnaan akhlak 
Islam adalah agama yang menghapus kebatilan dan menegakkan kebenaran. Islam mempertahankan akhlak mulia yang dimiliki bangsa Arab seperti kedermawanan, memuliakan tamu, dan lain-lain. Lalu islam menyempurnakannya dengan menghapus ahlak buruk mereka. 
2. Hadis tentang pengajaran ilmu 
Bagi pelajar, mereka perlu mempunyai dorongan atau cita-cita yang dapat memotivasi pelajar untuk lebih giat dalam berjuang meraih cita-cita yang tinggi. 
Hadis diatas mengajarkan kita untuk iri terhadap orang yang berilmu dan mengajarkannya. Hadis ini juga menunjukkan bahwa kita harus menyampaikan ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Dengan demikian, ilmu kita akan berguna dan diamalkan oleh orang lain sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat. 
3. Hadis tentang memanah, berkuda, dan berenang. 
Adapun nilai pendidikan yang terkandung dalam hadis ini adalah: 
a. Tanggung jawab pendidikan fisik 
Beberapa tanggung jawab yang dianjurkan oleh islam dipundak para pendidik adalah tanggung jawab pendidikan fisik, agar anak-anak mampu tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, semangat, dan selamat, sehingga siap menjalani tugasnya sebagai khalifah di bumi. 
b. Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak. 
Salah satu kewajiban orang tua adalah memberi nafkah kepada keluarga dan anak-anak, baik berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan memberikan pendidikan yang cukup dan keterampilan hidup (life skill) sebagai bekal di masa depan. 
c. Membiasakan untuk berolahraga 
d. Adanya kekuatan mental dan jasmani 
Olahraga merupakan sikap, perilaku, akhlak, aqidah, logika pendidikan dan inisiatif, di dalamnya tidak semata-mata menggerakkan otot saja. Melainkan ada kekuatan mental yang berkembang dan juga baik untuk kesehatan jasmani itu sendiri. 
F. Kontekstualisasi 
Ibarat sebuah kelapa, jika kita ingin memetik buahnya, kita harus menyesuaikan galah yang tepat untuk memetiknya. Sangat aneh dan lucu bila kita menyuruh pohon kelapa untuk merunduk sehingga kita dapat meraihnya. Begitu juga dengan hadis, bila kita ingin memahami kandungan dan menerapkannya, kita harus menyesuaikan konteks isi hadis dengan kondisi dan permasalahan yang ada. Tanpa itu, kita bisa saja keliru dalam memahami hadis dan terperosok dalam pemahaman yang salah. 
Perkembangan zaman semakin modern dan teknologi semakin canggih. Tak hayal jika alasan ini menjadikan orang malas untuk mempelajari hadist yang sudah dianggap kuno dan tidak relevan lagi. Permasalahan ini mendorong para ulama hadis untuk berfikir ekstra agar isi hadis dapat diterima dan diamalkan oleh seluruh kalangan masyarakat. 
Oleh karena itu, para pemikir hadis modern mencoba memahami konteks hadis dan mengaplikasikannya di era yang serba canggih ini. Usaha ini bisa diartikan sebagai upaya untuk melestarikan hadis. Proses ini lebih dikenal dengan nama kontektualisasi hadis. Beberapa hadis yang telah disebutkan diatas akan dijabarkan dan disangkutpautkan maknanya dengan keadaan zaman saat ini. Berikut ini adalah hasil dari kontektualisasi hadis diatas. 
1. Hadis tentang penyempurnaan ahlak 
Sejak zaman Rasulullah, ahlak sudah menjadi cerminan bagi karakter seseorang. Orang yang berperilaku baik pasti mempunyai ahlak yang baik pula. Salah satu tugas Rasulullah adalah untuk menyempurnakan ahlak manusia. Kata menyempurnakan berarti merubah dari yang semula baik menjadi lebih baik bahkan yang terbaik. Estafet kependidikan yang diajarkan oleh Rasulullah mewariskan sikap guru yang harus mengajarkan ahlak yang baik kepada peserta didik disamping tugas utamanya menyalurkan ilmu. 
2. Hadis tentang pengajaran ilmu 
Dalam hadis diatas menunjukkan urgensi ilmu yang tidk boleh disimpan sendiri melainkan harus diajarkan kepada orang lain.dari sini peran guru sangat dominan karena sebagai acuan sumber belajar siswa. Pengajaran ilmu terhadap anak didik tidak hanya menambah wawasan bagi siswa melainkan juga menambah pemahaman bagi pendidik juga. Disamping itu, ilmu yang terus diamalkan oleh orang lain akan senantiasa menjadi ladang pahala baginya. 
3. Hadis tentang memanah,berkuda dan berenang. 
a. Berenang 
Sebuah olahraga yang dilakukan untuk melatih pernafasan dan kekuatan tangan maupun kaki. Selain itu, berenang juga memberikan gambaran bahwa seseorang harus bergerak dalam mengarungi kehidupan ini. Tanpa itu, seseorang akan mati tanpa mendapat apapun sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat. 
b. Memanah 
Memanah adalah usaha menghasilkan sasaran yang membutuhkan konsentrasi penuh yang berkesinambungan. Memanah dapat menjadi simbol dari fokus/konsentrasi dan istiqomah. Maksudnya, dalam kehidupan ini kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Untuk mencapainya, harus dengan upaya (ikhtiar) sungguh-sungguh dan dibarengi dengan do’a yang ikhlas dan istiqomah. 
c. Keterampilan menenun 
Merupakan salah satu kegiatan kerajinan kesenian yang membutuhkan konsentrasi, ketelitian, dan kesabaran untuk mendapat hasil yang baik. Begitu juga dalam hidup, bila ingin mendapat hasil yang maksimal, kita harus disiplin dalam segala hal dan menjalaninya dengan sabar. 
Hadis diatas juga dapat dimaknai secara tertulis dengan mengejawentahkan makna hadis tersebut ke dalam kehidupan kita yang serba canggih ini. Misalnya dengan keterampilan berenang, dimaksudkan agar anak-anak bisa menjadi seorang marinir yang handal. Begitu juga dengan kecakapan menunggang kuda, diharapkan agar anak-anak mampu menjadi pasukan infantri yang tangguh, dan keterampilan melempar panah yang dimaksudkan untuk mendidik mereka agar bisa menguasai peluru kendali. 
Pengajaran memanah dan menunggang kuda dalam hadis diatas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memasukkan aspek jasmani sebagai salah satu aspek yang dibina dalam kurikulum pendidikan. Pengajaran ini mempunyai faedah yang besar dalam menciptakan kesehatan jasmani, keserasian, kekuatan, dan pertumbuhan yang sesuai sehingga mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan dan berjuang pada jalan Allah SWT. 

BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Setelah penulis mempelajari dan menganalisa hadis-hadis tentang tujuan pendidikan, penulis menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut. 
1. Setiap hadis Nabi pasti mengandung maksud tertentu tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. 
2. Tujuan pendidikan yang terkandung dalam hadis yang telah dianalisis mengandung makna: untuk menyempurnakan ahlak manusia, untuk mengajarkan ilmu kepada orang lain, dan untuk membentuk keterampilan hidup. 
B. Saran 
1. Bagi pengkaji bidang keilmuan hadis, penelitian terhadap hadis yang menyangkut kependidikan harus tetap dilanjutkan untuk memperbaharui khazanah pengetahuan bagi para peneliti  dan penafsir pada bidang keilmuannya. 
2. Dengan adanya, penelitian ini, diharapkan kaum islam lebih tergugah hati dan pikirannya untuk memerbaiki persoalan kependidikan di Indonesia. 



DAFTAR PUSTAKA 
Arfan, Akbar, Skripsi: “Olahraga Dalam Perspektif Hadis”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,2014) 
http://www.irfanabunaveed.net/2016/07/mendudukkan-hadits-aku-diutus-untuk.html 
http://www.nu.or.id/post/read/80135/meninjau-kualitas-hadits-kesunahan-berkuda 
https://muslim.or.id/13983-orang-yang-pantas-dicemburui.html#sdfootnote1sym 
Majid Khon, Abdul., Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2012) 
Nazar, Ali, “Kependidikan Islam: Perspektif Hadis Nabi”, Jurnal Penelitian Agama, Vol XVII, No. 1, Januari-April 2008 
Suja’i, Sarifandi, Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Hadis Nabi,Jurnal Ushuluddin Vol. XXI No. 1, Januari 2014 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s