Langsung ke konten utama

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL PENDIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG PESERTA DIDIK KELAS V DI MI TASYWIQUS SHOGIRIN JEPARA


PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Penyelesaian Tugas Akhir
dalam Bidang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyyah

Oleh:
Hasyim Asnawi
1710310139

JURUSAN PENDIDIKAN PENDIDIK MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEPENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang 
Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang sangat kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar dialami oleh peserta didik itu sendiri.  Belajar dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku peserta didik. Perubahan tingkah laku dapat terjadi karena adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang dipelajari oleh peserta didik dapat berasal dari alam, benda, hewan, manusia yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Sehingga perubahan tingkah laku peserta didik dapat dilihat dari tindakan peserta didik dalam mempelajari hal di sekitarnya. 
Badan Standar Nasional Pendidikan mengemukakan bahwa tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini berarti proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual serta pengembangan keterampilan peserta didik sesuai kemampuan dan kebutuhan. Ketiga aspek ini (sikap, kecerdasan dan keterampilan) adalah arah dan tujuan pendidikan yang harus diupayakan.
Memasuki era industri 5.0 Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas jika ingin bersaing dalam perkembangan zaman yang semakin maju. Sumber daya manusia yang berkualitas diperoleh dari pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi. Kualitas pendidikan yang tinggi dapat dilihat dari kualitas kinerja pemerintah sektor pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dimulai dari perbaikan-perbaikan pada seluruh komponen dalam pendidikan. 
Dalam sebuah lembaga pendidikan, harus memuat beberapa komponen yang wajib ada agar proses pendidikan dapat berjalan lancar. Beberapa komponen tersebut antara lain tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, materi, metode, lingkungan pendidikan, alat dan fasilitas pendidikan. Masing-masing komponen tersebut harus saling berkaitan sehingga membentuk sebuah sistem yang dinamakan sistem pendidikan. 
Pendidikan sendiri pada dasarnya adalah sebuah upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepribadian dan karakter yang sesuai dengan falsafah bangsa. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan berusaha mengubah peserta didik yang semula tidak tahu menjadi tahu. Pengubahan ini dapat terjadi jika ada proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran yang berperan mengubah dan memberikan informasi yaitu seorang pendidik. Pendidik merupakan faktor penentu utama atas keberhasilan suatu proses pembelajaran. Tidak mengherankan dalam setiap inovasi pendidikan, khususnya kurikulum dan upaya peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari pendidikan akan selalu bermuara pada pendidik. Sehingga seorang pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, diperlukan seorang pendidik yang profesional dan berkompeten yang harus menguasai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,  dan kompetensi profesional. 
Proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Salah satu aspek yang harus dikuasai peserta didik adalah kemampuan kognitif. Aspek kognitif merupakan salah satu aspek yang harus dipahami oleh pendidik. Pemahaman ini juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Bahkan dalam pandangan Piaget pembelajaran yang tidak sesuai dengan perkembangan kognitif anak memiliki konsekuensi negatif bagi perkembangan aspek psikologis lainnya. Misalnya, pembelajaran yang materinya jauh di atas jangkauan kemampuan kognitif anak dapat menimbulkan lemahnya motivasi belajar dan sangat mungkin merusak struktur kognitif mereka. 
Melihat penjelasan di atas, maka tenaga pendidik harus benar-benar berkompeten untuk lebih mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Untuk itu, pendidik-pendidik yang profesional sangat dibutuhkan, karena pada dasarnya tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh keberhasilan pendidik sebagai pelaksana pendidikan secara langsung. 
Aqib menyatakan bahwa terdapat lima tolak ukur pendidik dikatakan profesional. Kelima tolak ukur tersebut diantaranya adalah seorang pendidik harus memiliki komitmen dan tanggung jawab kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Menguasai materi atau bahan ajar dan cara mengajarkannya secara mendalam. Serta pendidik dituntut bertanggung jawab memantau kemampuan belajar peserta didik melalui berbagai teknik evaluasi, pendidik juga harus mampu berpikir sistematis dalam menjalankan tugas serta pendidik dituntut menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya.
Keterkaitan dengan keadaan psikis dan kemampuan berpikir peserta didik, peneliti beranggapan bahwa kompetensi profesional yang dimiliki oleh pendidik dapat mempengaruhi kemampuan kognitif peserta didik. Kemampuan kognitif menjadi salah satu aspek yang menentukan hasil belajar dan prestasi peserta didik. Sehingga kompetensi profesional pendidik juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. 
Mayoritas pendidik yang mengajar di sekolah-sekolah yang ada di perkotaan atau sekolah favorit telah melakukan sertifikasi atau dapat pula diartikan sebagai salah satu tolak ukur kompetensi profesional yang dimiliki pendidik. Tingginya persaingan antar sekolah juga memicu setiap sekolah berlomba untuk selalu meningkatkan kualitas sekolah, baik dalam hal prestasi ataupun hasil belajar peserta didik. Berbeda dengan sekolah yang terletak di pedesaan atau daerah pinggiran dengan mayoritas dari masyarakatnya termasuk masyarakat dengan kalangan ekonomi menengah ke bawah, apakah kompetensi profesional yang dimiliki pendidik juga masih dapat mempengaruhi kemampuan kognitif peserta didik dengan kondisi yang demikian. 
Berdasarkan fenomena tersebut mendorong peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang sejauh mana pengaruh kompetensi profesional yang dimiliki oleh pendidik terhadap kemampuan kognitif peserta didik. Melihat kondisi di MI Tasywiqus Shogirin Jepara, peneliti ingin mengetahui apakah kemampuan kognitif peserta didik dapat dipengaruhi oleh kompetensi profesional pendidik yang mengajar di MI tersebut. Dengan ini penulis mengangkat judul “PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL PENDIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG PESERTA DIDIK KELAS V DI MI TASYWIQUS SHOGIRIN JEPARA”
Rumusan Masalah 
Dari latar belakang yang telah dikemukan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
Bagaimana kompetensi profesional yang dimiliki pendidik MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara?
Bagaimana hasil belajar kognitif matematika peserta didik kelas V MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara?
Bagaimana pengaruh kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar kognitif matematika peserta didik MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara? 
Tujuan Penelitian 
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukan, maka penelitian ini bertujuan: 
Untuk mengetahui kompetensi profesional yang dimiliki pendidik MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara
Untuk mengetahui hasil belajar kognitif matematika peserta didik kelas V MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara
Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar kognitif matematika peserta didik MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara
Manfaat Penelitian 
Bagi peserta didik
Mengatasi permasalahan rendahnya pemahaman dan hasil belajar mata pelajaran matematika peserta didik kelas V
Bagi pendidik 
Memberikan masukan kepada para pendidik bahwa perlu adanya peningkatan kualitas keprofesionalan pendidik. Memberikan masukan kepada para pendidik untuk lebih meningkatkan kompetensinya guna meningkatkan kualitas SDM peserta didik. 
Bagi peneliti lain 
Sebagai bahan referensi dan informasi untuk penelitian berikutnya terkait pengaruh kompetensi professional pendidik terhadap hasil belajar kognitif  matematika matematika materi bangun ruang peserta didik kelas V di MI Tasywiqus Shogirin Jepara
BAB II
LANDASAN TEORI
Deskripsi Teori 
Kompetensi Pendidik 
Kompetensi seorang pendidik dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 menjelaskan tentang Pendidik dan Dosen, pasal 1 ayat 10. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dengan kata lain, kompetensi yang harus kuasai seorang pendidik atau dosen meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, aspek perilaku, dan aspek keterampilan. 
Tugas utama pendidik profesional seperti dijelaskan pada UU No.14 Tahun 2005 yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Tugas ini akan dilaksanakan seorang pendidik dalam pendidikan formal mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pendidikan dasar menjadi perhatian utama para pendidik profesional dalam menjalankan tugas utamanya. 
Penjelasan UU di atas dapat menggambarkan bahwa kompetensi pendidik adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugas mencerdaskan kehidupan bangsa dari berbagai aspek baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.  Kompetensi pendidik diantaranya terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Salah satu kompetensi pendidik yang menunjang pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yaitu kompetensi profesional.
Kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan terhadap penguasaan materi pelajaran secara mendalam, utuh dan komprehensif. Kompetensi pendidik profesional tidak cukup hanya memiliki penguasaan materi secara formal (dalam buku panduan) tetapi juga harus memiliki kemampuan terhadap materi ilmu lain yang memiliki keterkaitan dengan pokok bahasan mata pelajaran tertentu.  Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pendidik dapat menyampaikan materi secara utuh dan optimal.
Suyanto dan Asep Jihad mengatakan bahwa kompetensi profesional ialah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai pendidik yang mencakup penguasaan mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang berkaitan serta penguasaan keilmuan sebagai pendidik. Lebih lanjut Suyanto dan Asep Jihad menjelaskan bahwa penguasaan materi pelajaran yang luas dan mendalam dapat dilihat dari penguasaan bahan ajar dan atau lebih sering disebut bidang studi keahlian. Pernyataan ini dibuktikan dengan pandangan yang menyebutkan bahwa pendidik kompeten harus memiliki pemahaman terhadap karakter peserta didik. Pemahaman ini juga harus ditunjang dengan penguasaan bidang studi baik dari bidang keilmuan maupun bidang pendidikan. Sehingga pendidik dapat dikatakan profesional ketika dapat menyelenggarakan program pembelajaran dengan baik dan mampu mengembangkan profesionalitas dan kepribadiannya secara berkelanjutan.  
Pendidik yang profesional harus mampu menguasai materi pelajaran dan materi lain yang berkaitan dengan materi tersebut. Penguasaan materi berarti mampu memilih dan memilah materi yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Tanpa bermaksud mengabaikan kompetensi yang lain, kompetensi profesional harus dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran di sekolah secara efektif dan efisien. Efektif artinya peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan kriteria ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan efisien berarti peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diinginkan sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan.
Kompetensi profesional merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting bagi pendidik.  Seorang pendidik harus mengembangkan kompetensi profesionalnya yang mencakup penguasaan terhadap materi pembelajaran dan penguasaan dalam pengelolaan pembelajaran. Schraw dalam Suprihatiningrum menyatakan bahwa pendidik harus menempuh waktu 5-10 tahun dan lebih dari 10.000 jam untuk dapat menjadi seorang pendidik yang ahli. Dalam kurun waktu tersebut, pendidik harus mengembangkan pembelajaran lebih lanjut dan meningkatkan penguasaan materi.  
Kompetensi profesional sangat menunjang pendidik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Pendidik yang profesional harus memiliki kemampuan dan keterampilan khusus serta berpengalaman dalam mengajar. Dengan kemampuan yang dimiliki, pendidik dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik yang profesional secara maksimal. 
Hasil belajar 
Hasil belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu hasil dan belajar, yang mana pada setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri. Hasil dapat dikatakan sebagai buah dari suatu usaha. Sementara belajar dapat dikatakan sebagai proses dalam memperoleh perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Sehingga dapat dikatakan hasil belajar sebagai buah dari usaha belajar. Hasil dari usaha belajar ini dapat diperoleh setelah peserta didik melaksanakan proses pembelajaran. 
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam mempelajari suatu materi di sebuah lembaga pendidikan. Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar. Proses belajar mengarah pada peserta didik, sedangkan mengajar lebih mengarah kepada pendidik. Proses belajar lebih berpusat pada peserta didik. Proses ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam menilai hasil belajar peserta didik. Sehingga pendidik harus mengarahkan peserta didik agar bersungguh-sungguh dalam belajar.
Slameto mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar juga diartikan sebagai suatu  usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, perilaku, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Peserta didik harus dapat memanfaatkan alat indranya ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu, peserta didik akan lebih peka terhadap kondisi sekitar dan dapat mempelajari berbagai informasi yang ada di alam sekitar. Semakin banyak yang dipelajari oleh peserta didik, diharapkan dapat berdampak positif pada perubahan tingkah laku yang nantinya juga diarahkan pada meningkatnya hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan Taksonomi Bloom, hasil belajar dapat dikategorikan ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomototrik. Berkenaan dengan hal tersebut, hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Menurut Benjamin S. Bloom, terdapat enam tingkatan penilaian pada ranah kognitif, yaitu level pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 
Anderson dan Krathwohl merevisi ranah kognitif Taksonomi Bloom  menjadi enam tahap, yaitu tahap mengingat, memahami/mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.
Mengingat
Mengingat merupakan usaha memperoleh pengetahuan melalui memori atau ingatan pada masa lampau, mengingat meliputi mengenali dan memanggil kembali. 
Memahami/mengerti
Memahami berkaitan dengan usaha membangun pemahaman atau pengertian dari berbagai sumber informasi. Memahami berhubungan dengan aktivitas mengklasifikasikan dan membandingkan.
Menerapkan
Menerapkan merupakan proses memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan masalah. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur dan mengimplementasikan.
Menganalisis
Menganalisis merupakan tahap memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan antar bagian permasalahan tersebut. Kemampuan menganalisis mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, serta menghasilkan kesimpulan dari informasi pendukung.
Mengevaluasi
Mengevaluasi merupakan proses kognitif dengan memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang sudah ada. kriteria biasa yang digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Mengevaluasi meliputi aktivitas mengecek dan mengkritisi.
Menciptakan 
Menciptakan mengarah pada proses kognitif untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan menghasilkan suatu produk dengan pengorganisasian beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda.
Secara umum hasil belajar ranah kognitif lebih menonjol dibandingkan dengan hasil belajar afektif maupun psikomotorik. Hal ini karena kemampuan kognitif erat kaitannya dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran. Pengukuran nilai kognitif peserta didik biasa dilakukan di akhir proses pembelajaran melalui tes. Sehingga penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengukur kemampuan peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah menerima pengalaman belajar yang dijadikan sebagai tolak ukur atau kriteria pendidik dalam menilai perubahan tingkah laku yang dicapai oleh peserta didik.
Materi Bangun Ruang 
Bangun ruang merupakan suatu bangun yang bersifat tiga dimensi dan memiliki volume, atau bisa juga disebut suatu  bangun yang mempunyai ruang dan dibatasi dengan sisi-sisi. Macam-macam bangun ruang diantaranya yaitu Kubus, Balok, Prisma, Limas, Kerucut, Tabung, dan Bola.
Kubus adalah balok yang memiliki ukuran panjang, lebar, tinggi sama. Kubus memiliki 6 sisi yang sama, sisi kubus berbentuk persegi. Kubus memiliki sifat yang mirip dengan balok. Bedanya sisi kubus berbentuk persegi dan tiga pasang bidang sejajarnya sama dan sebangun. Balok merupakan bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang dengan paling tidak satu pasang diantaranya memiliki ukuran yang berbeda. Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut. Sebenarnya bentuk balok hampir sama dengan kubus, namun ada beberapa rusuk pada balok yang memiliki ukuran yang berbeda, sehingga rumus balok menggunakan istilah panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t).
Penelitian Terdahulu
Beberapa karya ilmiah yang disajikan di bawah ini akan dijadikan peneliti sebagai landasan teori dalam penelitian ini, berikut deskripsinya.
Skripsi Maulana Akhsan pada tahun 2018 dengan judul “Pengaruh Penerapan Media Visual Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Pada Peserta didik Kelas Ii Di Mi Raudlatus Sholihin Gemolong Sragen Tahun Peljaran 2017/2018”. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa Hasil belajar matematika materi bangun datar yang menggunakan media flashcard diperoleh nilai rata-rata sebesar 87,36 dengan KKM sebesar 65. Hasil belajar matematika materi bangun datar peserta didik yang menggunakan media geoboard diperoleh nilai rata-rata 95,22 dengan KKM sebesar 65. Berdasarkan hasil uji hipotesis penggunaan media geoboard lebih efektif daripada media flashcard pada pembelajaran matematika peserta didik kelas II MI Raudlatus Sholihin Gemolong Sragen. 
Jurnal Sugiyati pada tahun 2016 yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran 3D lebih tinggi dari pada yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran 2D. Terdapat interaksi antara media pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika peserta didik. Pada peserta didik yang mempunyai minat belajar tinggi, hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran 3D lebih tinggi dari yang diajar dengan media pembelajaran 2D. Pada peserta didik yang mempunyai minat belajar rendah, hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan menggunakan media 2D lebih tinggi dari pada yang diajar dengan menggunakan media 3D. 
Artikel penelitian Anastasius Juan pada tahun 2013. Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Media Pita Bilangan Di Sekolah Dasar” ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pita bilangan terhadap hasil belajar peserta didik kelas III SDN 05 Lamat Semalat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, pembelajaran Matematika dengan menggunakan media pita bilangan pada siklusnya selalu mengalami peningkatan. Pada siklus I tingkat hasil belajar peserta didik mencapai 57,30%. Pada siklus II tingkat keberhasilan sangat signifikan, di atas 69,80%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika menggunakan Media Pita bilangan pada peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas III SDN 05 Lamat Semalat. 
Jurnal Mutmainnah tahun 2018 yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Profesional Pendidik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 21 Pontianak Tahun Ajaran 2017-2018”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas V Khuldi dan Kelas V Na’im SD Islam Al Azhar 21 Pontianak tahun Ajaran 2017-2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata nilai rata-rata hasil belajar matematika kelas V Khuldi adalah 75,48 termasuk kategori cukup meningkat menjadi 90,00 termasuk kategori sangat baik, rata-rata hasil belajar matematika pada kelas V Na’im adalah 60,48 termasuk kategori kurang meningkat menjadi 75,24 termasuk kategori cukup. Untuk rata-rata keseluruhan hasil belajar matematika peserta didik kelas V adalah 67,98 termasuk kategori kurang meningkat menjadi 82,62 termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan hasil analisis uji non parametik test dengan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan pengaruh 70,7% untuk kompetensi profesional pendidik kelas V Khuldi. Untuk kompetensi profesional pendidik kelas V Na’im diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan pengaruh 70,7 %. Untuk keseluruhan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 dengan pengaruh 76,4%. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar matematika kelas V SD Islam Al Azhar 21 Pontianak tahun ajaran 2017-2018. 

Kerangka Berfikir






















Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL PENDIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF  MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG PESERTA DIDIK KELAS V DI MI TASYWIQUS SHOGIRIN JEPARA
Ho: tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi professional pendidik terhadap hasil belajar kognitif matematika materi bangun ruang peserta didik kelas V di MI Tasywiqus Shogirin Jepara
Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar matematika materi bangun ruang peserta didik kelas V di MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan 
Jenis penelitian ini termasuk field research untuk menjawab rumusan masalah yang bersifat eksperimen. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, pendekatan kuantitatif yang dimaksud adalah untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk eksperimen. 
Setting Penelitian 
Penelitian ini dilaksanakan di MI Tasywiqus Shogirin desa Robayan kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara. Penelitian dilakukan di kelas V A dan kelas V B pada tanggal 8 November 2019 sampai 8 Desember 2019 pada semester genap.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas V  sebanyak 50 peserta didik di MI Tasywiqus Shogirin Jepara yang masing-masing terdiri dari 25 peserta didik baik kelas A maupun kelas B.
Sampel
Sampel diambil mengunakan teknik probability sampling dengan cara simple random sampling. Sampel diambil dari kelas VA dan B 20% dengan taraf kesalahan sebesar 1%. Pengujian penelitian ini diambil untuk mengetahui kondisi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Desain dan Definisi Operasional Variabel
Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pretest postest control group desain, dengan membandingkan dua kelompok. Kelompok pertama diberi perlakuan dengan menggunakan pendidik yang profesional dan kelompok yang kedua menggunakan pendidik yang tidak profesional. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif dengan model sebagai berikut:




Gambar 3.1: Desain Penelitian
Keterangan:
R1 = Kelompok Eksperimen
R2 = Kelompok Kontrol
X = Perlakuan
O1 = Hasil Belajar Awal (pre test) Kelompok Eksperimen
O2 = Hasil Belajar Akhir (post test) Kelompok Eksperimen
O3 = Hasil Belajar Awal (pre test) Kelompok Kontrol
O4 = Hasil Belajar Awal (post test) Kelompok Kontrol
Definisi operasional variabel
Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu kompetensi profesional pendidik sebagai variabel bebas dan hasil belajar kognitif matematika sebagai variabel terikat 
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 
Uji Validitas Instrumen
Validitas ini digunakan untuk menyatakan bahwa soal yang diujikan valid. Pengujian ini dilakukan dengan cara korelasi product moment yang ditemukan oleh pearson. Analisis validitas ini digunakam untuk jenis soal pilihan ganda dengan rumus:
r_xy=(n∑▒〖XY-(∑▒X) 〗 (∑▒Y))/√([n∑▒X^2 -(∑▒〖X)〗^2 ].[n∑▒〖Y^2-(∑▒〖Y)〗^2 〗] )
Rxy = Koefisien korelasi tiap item
ΣX = Jumlah skor item
ΣY = Jumlah skor total
ΣX2 = Jumlah kuadrat skor item
ΣY2 = Jumlah kuadrat skor total
ΣXY = Jumlah perkalian skor item dan skor total
n = Banyaknya sampel
Hasil perolehan rxy dapat dilakukan penafsiran melalui standar koefisien korelasi sebagai berikut: 
Tabel 3.1 Interval Koefisien Korelasi Nilai Validitas 
Interval koefisien Kriteria
0,00-0,20 Sangat rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Cukup
0,61-0,80 Tinggi
0,81-0,1 Sangat tinggi
Uji Reliabilitas Instrumen 
Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diujikan pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Rumus yang digunakan adalah korelasi KR-20 (Kuder Richardson) dengan rumus sebagai berikut:
r_11=(n/(n-1))((s^2-∑▒pq)/s^2 )
r11 = Relibilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q= 1-p)
Σpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
s = Standar deviasi dari item (standar deviasi adalah akar dari varians)
Kriteria reliabel soal tes dapat dianalisis dengan cara membandingkan r11 dengan harga rtabel yang sesuai pada tabel harga produk moment maka dikatakan soal yang diujkan reliabel.
Teknik Pengumpulan Data
Metode tes
Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami soal yang diujikan. Soal yang diujikan dalam bentuk pilihan ganda dan essay yang diujikan pada peserta didik kelas V A dan kelas V B 
Metode wawancara
Metode ini digunakan untuk mengetahui pendidik yang profesional dalam mengajar matematika materi bangun ruang. Penelitian ini membutuhkan peran kepala sekolah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang terteta pada pedoman wawancara. 
Metode dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengambil data yang mendukung penelitian ini. Data yang digunakan yaitu berupa foto-foto, hasil belajar, laporan kegiatan, dan buku-buku yang relevan.
Teknik Analisis Data
Analisis Pendahuluan
Di dalam analisis pendahuluan ini, penulis menggunakan teknik analisis statitistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap harga rata-rata hitung, modus, median dari variabel independent dan variabel dependent. Langkah pertama yang dilakukan peneliti yaitu memberi skor setiap butir soal essay, dengan menggunakan pedoman:
Untuk jawaban A diberi skor 4
Untuk jawaban B diberi skor 3
Untuk jawaban C diberi skor 2
Untuk jawaban D diberi skor 1
Langkah kedua menguji soal essay dilakukan uji validitas oleh validator atau orang yang ahli pada bidang matematika. Selanjutnya angka-angka tersebut divisualisasikan lewat tabel-tabel dan diagram histogram. Untuk menguji soal tes pilihan ganda dan essay terlebih dahulu diuji daya pembeda, tingkat kesukaran, dan tingkat pengecoh dengan rumus sebagai berikut:
Daya Pembeda
DP=BA/JA-BB/JB=PA-PB
DP = Daya pembeda
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.2 Interval Daya Pembeda
Interval daya pembeda Kriteria
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
Tingkat Kesukaran
P=B/JS
P = Indek kesulitan
B = Banyaknya peserta yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh peserta didik.
Tabel 3.3 Tingat Kesulitan
Interval P Kriteria
0,0-0,30 Sulit
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah

Tingkat Pengecoh
IP=P/(((N-B))/((n-1) ))×100%
IP = Indek pengecoh
P = Jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = Jumlah peserta didik yang mengikuti tes
B = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = Jumlah alternatif jawaban
Kualitas pengecoh berdasarkan indek pengecoh sebagai berikut.
Sangat baik IP= 76%-125%
Baik IP= 51%-70% atau 126%-150%
Kurang baik IP= 26%-50% atau 151%-175%
Jelek IP= 0%-25% tu 176%-200%
Sangat jelek IP= lebih dari 200%
Analisis Hipotesis
Analisis hipotesis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan, yaitu dengan cara perhitungan statistik inferensial dengan rumus regresi linear sederhana, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan rumus korelasi product moment. Setelah ketemu Rxy langkah selanjutnya membandingkan dengan tabel koefisien korelasi. Setelah itu diuji menggunakan uji t dan dibandingkan dengan t tabel. Kemudian mencari nilai a, setelah ketemu menentukan b untuk mengetahui persamaan regresi. Sehingga dari pengolahan data tersebut dapat diketahui pengaruh kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar kognitif matematika peserta didik MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara. Adapun rumus untuk mencari Rxy (korelasi product moment) sebagai berikut:
r_xy=(n∑▒〖XY-(∑▒X) 〗 (∑▒Y))/√([n∑▒X^2 -(∑▒〖X)〗^2 ].[n∑▒〖Y^2-(∑▒〖Y)〗^2 〗] )
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
n = Banyaknya sampel
Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan antara pengaruh kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar kognitif matematika peserta didik MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara, maka dapat digunakan pedoman seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00-1,99 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Selanjutnya untuk menguji signifikan atau tidak maka perlu diuji dengan uji t serta membandingkannya dengan t tabel. Rumus t yang digunakan sebagai berikut:
t=(r√(n-2))/√(1-r^2 )
t = t hitung
n = jumlah sampel
r2 = koefisien korelasi
Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Dari pengujian ini akan didapatkan korelasi antara pengaruh penerapan media dengan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya, analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa besar nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Secara umum regresi linear sederhana (dengan satu prediktor) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y ̂ =a+bX
n = Nilai variabel dependen yang diperoleh dari prediksi
a = Konstanta atau bila harga X = 0
b = Koefisien regresi
X = Nilai variabel independen yang diprediksikan
Untuk dapat menemukan persamaan regresi, maka harus dihitung terlebih dahulu harga a dan b. Cara menghitung harga a dan b dengan rumus sebagai berikut:
a=((∑▒〖Y)(∑▒〖X)〗^2 -(∑▒〖X)(∑▒〖XY)〗〗〗)/(n∑▒X^2 -(∑▒〖X)〗^2 )
b=(n∑▒〖XY-(∑▒〖X)(∑▒〖Y)〗〗〗)/(n∑▒X^2 -(∑▒〖X)〗^2 )
Persamaan regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar kognitif matematika agar hasilnya lebih akurat. Sehingga dapat mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi profesional pendidik terhadap hasil belajar kognitif matematika peserta didik MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s