Langsung ke konten utama

PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA MATERI JUAL BELI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK KELAS III MI TASYWIQUS SHOGIRIN JEPARA

PROPOSAL PTK

Disusun guna memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu: Sulasfiana Alfi Raida, M.Pd.

Oleh:
Hasyim Asnawi
1710310139


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Hakikat pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan peserta didik dalam suatu pembelajaran. Interaksi yang berlangsung peran guru menjadi hal terpenting dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan. Guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran karena guru memegang peranan penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran. 

Dengan tugas yang diembannya tersebut, guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Tidak hanya itu, guru harus mampu membimbing peserta didik agar lebih aktif, inovatif, dan kreatif selama mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang seperti ini sering dikenal dengan istilah pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan). Setiap mata pelajaran memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikan materinya misalnya saja mata pelajaran A dapat disampaikan dengan pembelajaran yang aktif saja. Penelitian ini akan menerapkan PAIKEM dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran IPS untuk anak SD/MI.

IPS merupakan mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari. Materi-materi didalamnya sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik. Manusia adalah makhluk sosial sehingga membutuhkan orang lain dalam menyelesaikan tugas dengan baik. Artinya setiap aktivitas dan proses kehidupan yang dijalaninya pasti memerlukan bantuan orang lain. Sehingga IPS sangat penting untuk diajarkan karena membimbing peserta didik untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. IPS diajarkan untuk membina peserta didik menjadi warga negara yang baik, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial serta berguna bagi bangsa dan negara.

Banyak yang beranggapan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang sulit dipahami karena banyak materi hafalan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. IPS dapat dipahami dengan logika, bila diterapkan pada kehidupan sekitar, peserta didik lebih mudah memahami. Penggunaan metode dan pendekatan yang kurang tepat juga dapat membuat peserta didik mudah bosan mengikuti pelajaran IPS. Penyampaian materi yang monoton, tanpa media pendukung dapat membuatpeserta didik sulit berkonsentrasi dan lebih senang bermain sendiri. 

Berakar dari munculnya berbagai permasalahan seperti yang telah disebutkan, penulis menawarkan solusi melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi kegiatan jual beli kelas III MI Tasyiwiqus Shogirin. Dengan pendekatan CTL, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru hanya perlu memberikan arahan kepada peserta didik sebelum mengajak peserta didik terjun langsung ke lapangan. Setelah terjun ke lapangan, guru menyampaikan poin-poin yang menjadi inti dari proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan. 

Penerapan pendekatan CTL dalam materi jual beli, guru dapat mengajak peserta didik ke pasar atau ke toko yang dekat dengan lingkungan sekolah. Guru menerangkan apa itu pembeli, guru meminta salah satu peserta didik untuk membeli barang di toko tersebut. Kemudian guru menjelaskan bahwa peserta didik tersebut sudah menjadi pembeli. Dengan pendekatan CTL peserta didik akan mengalami pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Peserta didik akan merasakan suasana belajar baru setelah jenuh mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Dengan begitu, peserta didik akan lebih termotivasi dan semangat ketika proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan guru mudah dipahami. 

Keberhasilan pendekatan CTL, materi yang telah disampaikan guru akan tersimpan di memori peserta didik dalam jangka waktu yang panjang melalui kegiatan yang telah dilakukan peserta didik. Sehingga ketika mereka mengerjakan soal, peserta didik akan mengingat kejadian tersebut dan memudahkan mereka dalam menjawab soal. Alhasil hal tersebut akan membuat prestasi mata pelajaran IPS menjadi naik atau meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka judul ini yaitu “Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Pada Materi Jual Beli Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Peserta didik Kelas III MI Tasyiwiqus Shogirin Jepara”

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan pendekatan CTL pada  mata pelajaran IPS materi jual beli peserta didik kelas III di MI Tasywiqus Shogirin?
Apakah  penerapan pendekatan CTL pada mata pelajaran IPS materi jual beli dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas III di MI Tasywiqus Shogirin ?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan pendekatan CTL pada mata pelajaran IPS materi jual beli peserta didik kelas III di MI Tasywiqus Shogirin.
Untuk mengetahui apakah penerapatan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi jual beli pada peserta didik kelas III MI Tasyiwiqus Shogirin.

D. Manfaat Penelitian
Bagi Guru
Sebagai acuan guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran, supaya mendapatkan hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
Bagi Peserta didik
Peserta didik lebih mudah memahami dan mengingat materi jual beli yang disampaikan oleh guru dengan baik.
Bagi Peneliti
Peneliti dapat mendapatkan pengetahuan dan informasi terkait pendekatan CTL dan hasil yang akan dicapai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori
Pendekatan CTL (ContextualTeachingAndLearning)
Secara bahasa kata Contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Sehingga, Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.  CTL merupakan salah satu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi atau suasana yang nyata di dalam kelas serta mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa CTL sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif untuk menyukseskan implementasi dari kurikulum, dimana dalam pembelajaran ini guru menenakankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, sehingga peserta didik mampu menerapkan pengetahuan yang didapatkan di kelas untuk diterapkan di kehidupan sehari-harinya.

Pembelajaran CTL memberikan pemahaman konsep dengan cara anak mengalami langsung pembelajaran dalam kehidupan nyata. Sehingga peserta didik akan mendapatkan pembelajaran yang bermakna serta mudah untuk diingat. Berikut beberapa kelebihan dalam pembelajaran CTL: Pertama, pembelajaran lebih bermakna, artinya peserta didik melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi sehingga peserta didik dapat memahami sendiri. Kedua, menumbuhkan keberanian peserta didik untuk mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari. Ketiga, kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik secara penuh, baik fisik maupun mental. 

Pembelajaran CTL juga memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut: Pertama, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi peserta didik. Guru lebih intensif dalam membimbing, peserta didik dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan pengalaman yang dimiliki. Dengan demikian peran guru bukan sebagai instruktur melainkan sebagai pembimbing agar peserta didik dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Kedua, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ide-ide dan mengajak peserta didik agar menerapkan strategi peserta didik sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini, guru memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap peserta didik agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. 

Mata Pelajaran IPS 
Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disebut dengan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.

Hakikat IPS di sekolah dasar yaitu untuk memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi peserta didik sebagai warga negara yang baik sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan saja, melainkan juga berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap dan  kecakapan dasar peserta didik yang berpijak pada kenyataan dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Materi yang terdapat di dalam mata pelajaran IPS mencakup persoalan manusia dalam lingkukan alam fisik, maupaun dalam lingkungan sosialnya, seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi. Namun, materi IPS dalam jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan yaitu dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik. 

Hasil Belajar
Belajar merupakan konsep perubahan dalam mendapatkan pengetahuan bertujuan mempengaruhi diri manusia untuk hal baik. Adapun belajar merupakan perubahan perilaku pada diri manusia yang didapat dari pengalaman. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan belajar sebagai hasil dari proses pembelajaran yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk. Seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek pada individu yang belajar. 

Belajar merupakan suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan yang dialami tidak mempengaruhi kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus, atau faktor-faktor samar lainnya sehingga tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar.  Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. 

Belajar merupakan proses sadar yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan baik pengetahuan, perilaku, maupun keterampilan. Perubahan ini dalam ranah menuju ke hal yang positif bagi interaksi peserta didik dengan lingkungannya. Upaya dalam  mencapai tujuan kurikuler program pendidikan perlu merumuskan tujuan pembelajaran umum maupun khusus. Kurikulum 2013 mencantumkan tiga aspek yang menjadi tujuan kurikuler yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.  
Pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dari proses pengalaman. Selain itu, didapat pula dengan membaca, mecoba sesuatu untuk memiliki pengetahuan dalam proses belajar. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang dalam mendapatkan stimulus berupa pikiran dan gerakan. Sedangkan tahapan perubahan tingkah laku seseorang didapat melalui pengalaman. Keadaan ini yang membedakan seseorang sebelum ada perubahan menuju sesuatu yang lebih baik.

Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil (product) merupakan suatu perolehan akibat dari aktivitas atau proses yang dilakukan. Hasil produksi merupakan perolehan yang didapat adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Pengertian tersebut juga berlaku untuk hasil panen, penjualan, pembangunan, termasuk belajar. Hasil dapat terlihat dari perubahan input setelah adanya proses yang terjadi. Sama halnya dengan hasil belajar peserta didik yang diharapkan memiliki perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah adanya proses pembelajaran. 

Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang dapat dilihat dari persepsi, perilaku, dan termasuk juga perbaikan perilaku. Perubahan yang terjadi ini mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.  Tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif (berkaitan dengan hasil belajar intelektual), afektif (berkaitan dengan perilaku peserta didik), dan psikomotorik (berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak). 

Penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan perubahan akibat adanya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung memberikan informasi kepada peserta didik mengenai kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Proses ini dilaksanakan guna mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan melalui kegiatan belajar. Seorang pendidik diharapkan merumuskan rencana kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan cermat berdasarkan kompetensi yang dikuasai sesuai dengan taksonomi bloom.

Taksonomi ini mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori, yang mencakup keterampilan intelektual dari tingkat rendah sampai dengan tingkat tinggi. Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6).  Pencapaian kemampuan kognitif peserta didik dalam meraih hasil belajar pasti dipengaruhi dari berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi dapat berasal dari dalam diri (internal) dan dari luar diri (eksternal).  

Pengetahuan (C1) yaitu kemampuan untuk mengingat bahan yang telah dipelajari. Pemahaman (C2), yaitu kemampuan untuk menangkap pengertian, menerjemahkan dan menafsirkan. Analisis (C4), yaitu kemampuan untuk menguraikan, mengidentifikasi, dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antar bagian guna membangun suatu keseluruhan. Sintesis (C5), yaitu kemampuan untuk menyimpulkan dan mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan. Evaluasi (C6), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu seperti pernyataan dan laporan penelitian berdasarkan suatu kriteria.  

Mata Pelajaran IPS 
Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disebut dengan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.

Hakikat IPS di sekolah dasar yaitu untuk memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi peserta didik sebagai warga negara yang baik sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan saja, melainkan juga berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap dan  kecakapan dasar peserta didik yang berpijak pada kenyataan dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Materi yang terdapat di dalam mata pelajaran IPS mencakup persoalan manusia dalam lingkukan alam fisik, maupaun dalam lingkungan sosialnya, seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi. Namun, materi IPS dalam jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan yaitu dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik. 

Hasil Penelitian Yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, seperti pada penelitian dari Purnawati pada tahun 2018, pada jurnal pendidikan tambusai yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Peserta didik Kelas III SDN 12 Bukit Batu Tahun Pelajaran 2017/2018”.Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah penerapan pendekatan CTL. Persamaan dengan penelitian ini adalah pendekatan CTL dan kelaa yang diteliti. Sementara perbedaannya terletak pada fokus materi yang diteliti. 

Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian dari Hermuning Puspita Sari dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Contxtual Teaching And Learning (CTL) Berbasis Metode Permainan Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn Peserta didik Kelas IV SD N Sekaran 01”. Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat peningkatan yang sangat baik setelah pelaksanaan tindakan dengan pendekatan CTL. Persamaan dengan penelitian ini adalah penerapan pendekatan CTL. Sedangkan yang membedakan dengan penelitian ini adalah penggunaan metode permainan dan kelas yang diteliti. 
Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir  
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan pendekatan Contextual Teaching And Learning pada mata pelajaran IPS materi jual beli di kelas III dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik di MI Tasywiqus Shogirin Jepara
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Secara umum penelitian tindakan kelas tersusun atas beberapa siklus. Setiap siklus dalam penelitian tindakan ini biasanya terdiri dari beberapa tahapan yang diawali dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Senada dengan hal tersebut, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah desain milik Kemmisdan Taggart, sebagai berikut:

Gambar 3.1 Tahapan Siklus PTK
Penelitian ini melibatkan seorang guru mata pelajaran matematika kelas III dan dua orang observer yang berasal dari guru kelas dan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan siklus. Siklus pertama dimulai dengan perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pertemuan pertama siklus I, guru menerapkan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL). Peserta didik mengerjakan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal. Penggantian siklus berikutnya dengan model pembelajaran yang sama dan berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Refleksi diperoleh dari diskusi antara guru dan peneliti untuk menyempurnakan rencana yang akan diterapkan pada siklus berikutnya. Penghentian siklus dilakukan apabila indikator keberhasilan telah tercapai dan materi selesai dipelajari.

Perencanaan
Perencanaan penelitian ini guru dan peneliti saling bekerjasama untuk merancang tindakan yang dapat menyelesaikan masalah di kelas. Adapun hal yang dilakukan peneliti dan guru sebagai berikut:
Mempersiapkan materi dan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) yang akan digunakan saat pelaksanaan tindakan.
Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan saat penelitian.
Menyiapkan instrumen pengamatan lembar observasi.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Tahap pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan media berbasis permainan tradisional yang akan dilakukan sebagai berikut:
Peserta didik memperhatikan saat guru menerangkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL).
Peserta didik dibentuk menjadi dua kelompok yang terdiri dari 13 anak dalam satu kelompoknya.
Peserta didik diberikan suatu permasalahan secara nyata yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik diminta menganalisis permasalahan tersebut sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru.

Tahap observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS peserta didik ketika menerapkan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL). Hasil belajar IPS diketahui dari hasil pretest dan posttest yang diberikan kepada peserta didik. Tahap observasi ini merekam semua kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung dalam bentuk jurnal harian. Tolak ukur kegiatan pembelajaran meliputi kemampuan peserta didik dalam bekerja sama saat mengikuti turnamen maupun kerja kelompok, hambatan, dan kesulitan guru maupun peserta didik sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Refleksi
Tahap refleksi digunakan untuk mengaji dan menganalisis kegiatan hasil pengamatan. Analisis data hasil tes digunakan sebagai refleksi mengenai peningkatan hasil belajar IPS dengan menerapkan menerapkan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) daripada sebelumnya. Refleksi juga diharapkan untuk lebih meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, perbaikan perencanaan, dan penyempurnaan siklus berikutnya.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas III MI Tasywiqus Shogirin yang terletak di desa Robayan kecamatan Kalinyamatan kabupaten Jepara. Dilaksanakan pada tanggal 16 September-16 November 2019 tepatnya pada semester genap.

SubjekPenelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas III di MI Tasywiqus Shogirin Jepara yang berjumlah 25 orang yang seluruh peserta didiknya berjenis kelamin perempuan. 

TeknikPengumpulan Data 
Observasi 
Observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Data hasil observasi dianggap lebih valid karena berdasarkan atas pengamatan peneliti sendiri. Namun kelemahan data hasil observasi adalah memungkinkan terjadinya kesalahan dalam interpretasi data. Dalam penelitian tindakan ini peneliti selain berperan sebagai peneliti, juga bertugas sebagai guru. Sehingga observasi yang dilakukan peneliti  ditujukan kepada peserta didik ataupun kepada peneliti itu sendiri. 
Peneliti akan menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS materi jual beli  kepada peserta didik. Kemudian peneliti akan mengamati aktivitas peserta didik setelah pemberian perlakuan tersebut. Pada akhir pembelajaran peneliti juga meneliti tentang efektivitas perlakuan tindakan dan pengaruhnya terhadap peserta didik. Keduanya menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. 

Tes hasil belajar 
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana capaian peserta didik setelah pendekatan CTL diterapkan. Tes yang diberikan harus mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Jenis tes yang diberikan dalam penelitian tindakan ini adalah tes tulis. Hasil pekerjaan peserta didik dalam tes gunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian prestasi belajar peserta didik. Tes diberikan di  akhir siklus pembelajaran. 

Wawancara 
Teknik wawancara digunakan untuk melihat seberapa jauh pemahaman yang telah dicapai peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu, wawancara dimaksudkan untuk mengetahui pendapat peserta didik tentang pelaksanaan pendekatan CTL serta kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam pendekatan CTL ini. Wawancarabersifatterbuka. Wawancara dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan. 

Dokumentasi 
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman selama penelitian berlangsung. Dokumentasi dapat berupa hasil kartu kegiatan peserta didik, foto, dan video. Data hasil dokumentasi ini dapat dijadikan petunjuk dan bahan pertimbangan pelaksanaan selanjutnya dan penarikan kesimpulan.

Instrumen Penelitian
Lembar observasi
Lembar observasi dalam penelitian tindakan ini digunakan untuk menilai sikap dan keterampilan peserta didik ketika pendekatan CTL diterapkan. Lembar observasi diperlukan untuk observasi terstruktur agar pencatatan data dapat dilakukan secara sistematis. 

Lembar soal Tes
Lembar soal digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik kelas III MI Tasywiqus Shogirin. Pemberian tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam memahami materi jual beli setelah penerapan pendekatan CTL pada mata pelajaran IPS.  Testulis yang digunakan berupa pilihan ganda maupun uraian.

Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik tentang model pendekatan pembelajaran CTL.  Dalam pedoman wawancara memuat beberapa pertanyaan tentang permasalahan yang ada di kelas. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan.  Peneliti dapat mengubah pertanyaan untuk memperdalam dan mengembangkan pertanyaan yang telah disusun.

Alat dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data seperti sarana prasarana, proses pembelajaran, alat dokumentasi yang digunakan dapat berupa kamera, alat perekam, dan lain-lain. 
Teknik Analisis Data 
Data dalam penelitian tindakan kelas dapat berupa data kualitatif dan data kualitatif. Sehingga, teknik analisis data pada penelitian tindakan ini juga harus dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pada analisis data kualitatif,  teknik analisis dapat dilakukan dengan cara reduksi data danpenyajian data (display data).

Reduksi data 
Data yang diperoleh selama proses penelitian dapat berjumlah sangat banyak sehingga perlu direduksi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Pada tahap ini peneliti memilih dan memilah data-data yang dianggapnya penting dan tidak penting. Data yang terpilih harus merepresentasikan hasil penelitian. 

Penyajian data (display data)
Data yang sudah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data atau display data. Dalam penelitian tindakan ini, penyajian data dilakukan dengan uraian singkat yang bersifat naratif.  Penyajian data digunakan untuk memudahkan dalam memahami masalah yang terjadi, merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami,
Selanjutnya dalam menganalisis data kuantitatif, dapat dilakukan dengan cara menentukan persentase ketuntasan belajar peserta didik dan daya serap masing-masing peserta didik. Untuk menghitung data yang dibutuhkan, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Daya serap individu 
DSI=  X/Y×100%
Keterangan :
X = Skor yang diperoleh peserta didik
Y = Skor maksimal soal
DSI = Daya serap individu
Ketuntasan belajar klasikal
Analisa data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh peserta didik yang menjadi sampel dalam penelitian ini, maka digunakan rumus sebagai berikut:
KBK=  (∑▒N)/(∑▒S)×100%
Keterangan:
 Î£N = Banyaknya peserta didik yang tuntas
ΣS = Banyaknya peserta didik seluruhnya
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal 

Indikator Keberhasilan 
Indikator keberhasilan peserta didik merupakan ukuran atau patokan dalam menentukan apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak. Pada penelitian ini, indikator keberhasilan akan terlihat pada proses pembelajaran menggunakan media berbasis permainan tradisional gaprek kaleng dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Proses pembelajaran, dikatakan berhasil jika apa yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlaksana 75%-100% disetiap siklus. Peningkatan hasil belajar peserta didik, pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dan kriteria ketuntasan belajar peserta didik memenuhi target yang telah ditentukan secara klasikal yaitu 75% dan memperoleh nilai ≥ 70.












DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Choiriyah, Rifa’atul. 2018. “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Kegiatan Jual Beli Melalui Metode Bermain Peran Dengan Media Gambar Peserta didik Kelas III Semester II MI Ma’aruf Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018”. Skipsi.Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dariyo, Agoes. 2013.Dasar-dasar Pedagogi Modern. Jakarta: Indeks.
Falah, Moh Azka. 2014. “Studi Komparasi Prestasi Belajar Kongnitif Bidang Studi Biologi Materi Sistem Gerak Manusia Antara peserta didik Kelas XI SMAN 8 Semarang dan Peserta didik Kelas XI MAN 1 Semarang.Thesis.Institut Agama Islam Negeri Semarang.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor: Ghalia Indonesia.
Kemendikbud. 2016. KBBI Online. Jakarta: Kemendikbud.
Najih, Muhammad Ainun. 2017. “Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Saling Menghargai Peserta didik Kelas VI Di MI Negeri Bungangin Kecamatan Kendal Tahun Pelajaran 2016/2017”.Skripsi. Universitas Islam Negeri Semarang.
Purnawati. 2019. ”Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Peserta didik Kelas III SDN 12 Bukit Batu Tahun Pelajaran 2017/2018”.Jurnal Pendidikan Tambusai.Vol. 3. Nomor 1.
Sari, Hermuning Puspita. 2013. “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbasis Metode Permainan PKn Peserta didik Kelas IV SD N Sekaran 01”.Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Slavin, Robert E. Slavin. 2018.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks, 2018.
Sunarso dan Anis Kusuma. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD dan MI Kelas III.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s