Langsung ke konten utama

MUDA REBAHAN, MUDA BISA APA?


Sebuah konotasi yang sedikit tidak mengenakkan yang sering saya dengar dari berbagai kabar di internet yang menunjukkan  bahwa anak muda sering diidentikkan dengan kegiatan rebahan yang dianggap tidak berfaedah. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan rebahan memang sangat menyenangkan bagi kaula muda. Apalagi ditambah dengan koneksi internet yang lancar juga diselingi camilan dapat membuat seseorang mudah dapat berbaring seharian.

Rebahan itu apa?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai rebahan, alangkah baiknya terlebih dahulu kita cari tahu apa sebenarnya makna rebahan itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rebahan berarti sebuah tempat berbaring. Kata ini menunjukkan bahwa rebahan merupakan sebuah tempat yang dijadikan seseorang untuk berbaring atau beristirahat dalam rangka menghilangkan penat atau capek. Berbeda dengan apa yang kebanyakan orang awam pahami  bahwa rebahan berarti kegiatan berbaring. Hal yang sudah salah kaprah memang, namun tak sedikit juga yang membenarkan pemaknaan tersebut. 

Lantas apakah rebahan tidak boleh dilakukan? Memang tidak ada larangan terkait hal ini, akan tetapi rebahan yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan fisik, psikis, maupun kondisi yang lain. Seperti dilansir dari KOMPAS.COM terdapat beberapa dampak negatif akibat terlalu sering rebahan diantaranya adalah rasa nyeri di punggung bagian bawah. Berbaring seharian dapat menyebabkan tubuh kehilangan kekuatan dan kelenturan otot, sehingga ketika kita bergerak punggung akan terasa sakit karena tubuh telang berbaring selama seharian.

Selain menyebabkan nyeri, ternyata rebahan juga dapat menimbulkan stress dan kecemasan. Rebahan termasuk gaya hidup pasif karena tidak ada kegiatan seharian selain berbaring,hal ini dapat menimbulkan stress dan kecemasan bagi mereka yang hobi rebahan. Jika hal ini berlanjut, bahkan dapat menimbulkan efek depresi, penyakit kardiovaskular, dan juga obesitas akibat tubuh yang tidak pernah digerakkan.
Rebahan Produktif
Setiap orang pasti akan mengalami kejenuhan, entah itu jenuh dari pekerjaan, tugas kuliah, atau kegiatan lain yang menguras tenaga dan pikiran. Dalam hal ini rebahan dapat menjadi solusi alternatif untuk melepas penat dan kejenuhan. Dengan rebahan juga sebenarnya kita masih dapat melakukan kegiatan produktif yang dapat dilakukan sambil berbaring. Salah satu kegiatan positif yang dapat dilakukan sambil rebahan adalah membaca. Daripada waktu terbuang sia-sia hanya dengan berbaring, lebih baik mengisi waktu luang dengan membaca buku, novel, maupun artikel yang dapat menambah wawasan dan informasi. Terlebih, saat ini berbagai informasi lebih mudah untuk diketahui hanya lewat gawai atau smartphone. Untuk mnambah kenyamanan, kita juga dapat menyajikan camilan dan secangkir kopi sebagai teman membaca. Tentunya hal ini akan lebih bermanfaat ketika kita dapat melakukan kegiatan rebahan yang produktif. 

Tidak hanya membaca, untuk dapat dikatakan sebagai rebahan yang produktif, setidaknya kita dapat menuliskan kembali informasi-informasi yang telah kita baca dengan bahasa kita sendiri. Mengapa tidak, sebuah informasi akan lebih lama terekam dalam memori ketika kita mampu memahaminya dan menuliskan kembali informasi tersebut. Sehingga rebahan produktif dapat dikatakan meskipun tubuh kita berbaring, tetapi otak kita tetap bekerja. Seperti kata Najwa Shihab, “Rebahan secukupnya, berjuang selelahnya”. 

Mengapa anak muda harus berjuang? Perlu diketahui bahwa kebanyakan anak muda memang diremehkan, anak muda bisa apa? Muda tahu apa? Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap anak muda memanglah kecil, meskipun tak sedikit anak muda di Indonesia yang sudah mengukir prestasi atas perjuangannya. Dalam hal ini saya tidak ingin membandingkan, Karena kemampuan dan kelebihan setiap orang pasti berbeda. Untuk itu, melalui tulisan ini saya lebih menekankan kemauan daripada kemampuan, kemauan untuk berjuang. Berjuang tidak melulu mesti melakukan hal-hal yang epic. Akan tetapi berjuang dapat dilakukan dari hal yang kecil.

Berjuang melawan kemalasan yang ada dalam diri sendiri, berjuang melawan keinginan untuk rebahan seharian, berjuang untuk menghindari kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. Berjuang melawan kebodohan dengan cara membaca, berjuang dalam menciptakan sebuah karya melalui tulisan. karena Indonesia butuh anak muda yang berperan bukan baperan, Indonesia butuh pemuda yang jago rebahan tapi juga produktif berkarya. Artinya boleh rebahan asal produktif dalam berkarya.
Sebagai kaum rebahan, anak muda milenial harus mampu menampik anggapan negatif tentang sterotip kaum rebahan yang dicap pemalas, kurang produktif, dan ingin serba instan. Kaum muda harus produktif berkarya dan bekerja secara multitasking sembari diselingi dengan rebahan seperlunya. Mengutip dari geotimes.co.id penelitian Meanpower Group menunjukkan bahwa 73 persen kaum milenial bekerja selama 40 jam selama seminggu, seperempatnya bekerja lebih dari 50 jam seminggu. Selain itu, sebanyak 26 persen diantaranya mempunyai lebih dari satu pekerjaan. 

Data diatas menunjukkan bahwa kaum milenial mempunyai kemampuan multitasking yang hebat, sehingga meskipun sambil rebahan mereka dapat produktif dan menghandel pekerjaannya. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kaum muda untuk bermalas-malasan. Santai boleh, asal harus tetap produktif dalam bekerja dan berkarya. Jika lelah rebahan sejenak, selepas itu lanjut berkarya kembali. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s