Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Beruntungnya jadi orang yang Goodlooking

“Dont judge the book from the  cover” Ungkapan ini sering kita dengar bahkan berulang kali terlebih ketika membahas hal yang berkaitan dengan orang lain. Ungkapan yang bermakna jangan menilai seseorang dari penampilan atau luarnya saja, melainkan nilailah orang tersebut dari kelakuan atau atitude orang tersebut. hal ini memang mudah diucapkan dan dikatakan kepada orang lain, namun apakah kita sendiri telah melakukannya, atau jangan-jangan malah kita abai dan melupakan hal tersebut. Bukan hal yang jarang ditemui bahwasanya masyarakat Indonesia ataupun masyarakat dunia lebih menghargai orang-orang berpenampilan menarik daripada orang yang berpenampilan biasa saja. Hal ini dapat terlihat dari pelbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sosial sekalipun. Dalam ruang lingkup yang lebih sempit, dapat kita temui dalam bergaul dan berorganisasi. Misalnya ketika berdiskusi atau sedang bercengkerama, orang-orang yang terlihat goodlooking akan lebih mud

BALADA Kuliah Cowok Sendiri di PGMI

sumber foto: topcaree.id Bagaimana rasanya menjadi satu-satunya laki-laki di kelas? Bosen, males,   nggak semangat, pengen putus kuliah, merasa salah jurusan? Apapun itu, pasti rasanya nggak enak banget deh. Mau kemana-mana sendiri, makan sendiri, ngerjain tugas sendiri, sekalinya ada temen, pasti cewek. Bisa-bisa karena sering kumpul dengan cewek malah saya bisa dianggap aneh. Yaap, saya mengalaminya sendiri. Satu-satunya mahasiswa laki-laki di kelas D jurusan PGMI di IAIN Kudus, salah satu perguruan tinggi di Kudus yang mewah banget; mepet sawah Jurusan PGMI, hampir satu rumpun dengan jurusan PGSD di Perguruan Tinggi umum. Memang di kampus saya agak berbeda, sejak dibukanya program studi tersebut semenjak tahun 2013, prodi ini hampir setiap tahun selalu minim peminat, terkhusus; laki-laki. Entah mengapa, padahal setiap jurusan tidak membatasi jumlah minimal-maksimal mahasiswa laki-lakinya berapa, tetapi terus saja jurusan PGMI sering dicap sebagai jurusan khusus mahasiswi. sa

Internalisasi Moderasi Beragama Lewat Sosial Media

Sumber foto:  https://ntt.kemenag.go.id/   Munculnya isu-isu radikalisme di Indonesia memicu berbagai pihak khususnya pemerintah dalam menggelorakan moderasi beragama. Moderasi beragama dinilai mampu menangkal berbagai aksi radikalisme dan tindak kekerasan yng mengatasnamakan agama. Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang majemuk dan plural. Terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, agama, budaya yang sangat riskan terjadi sebuah perbedaan. Sangat dikhawatirkan adanya paham radikalisme dapat menyulut api perpecahan di Indonesia. Sehingga moderasi beragama dengan mengedepankan sikap cinta damai, toleran, berimbang dapat menyelaraskan berbagai perbedaan yang ada menjadi sebuah anugerah yang patut disyukuri. Disinilah letak peran berbagai pihak harus saling digencarkan. Terlebih adanya pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia. Keadaan ini harus disikapi dengan sigap bila paham-paham radikalisme mulai menggerogot kesatuan lewat media-media sosial dan inter

Literasi Sebagai Media Aktualisasi Diri

sumber foto: mnews.co.id Menulis itu rumit, begitu kata Puthut Ea. Katanya menulis itu tidak sulit dan juga tidak mudah, hanya rumit. Sebagian besar penulis setuju, mereka harus melewati kisah-kisah, mendalami peran, menyeimbangkan antara batin dan pikiran, sebelum menuangkannya ke dalam tulisan Menulis adalah kegiatan untuk mengabadikan pemikiran. Dengan menulis, kita akan menyampaikan pandangan kita kepada orang lain, bukan hanya untuk mereka yang hidup hari ini, tetapi juga untuk mereka yang hidup di masa depan. Meskipun hanya mengangkat hal-hal yang sederhana, menulis sepatutnya menjadi sebuah kebutuhan, berhenti menulis sama saja dengan mati sia-sia. Seperti halnya kata Pramoedya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis,ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. sebelum menulis, terlebih dahulu harus membaca. Tanpa membaca, kita tidak akan tahu apa yang akan kita tulis, benar tidaknya tulis

KKN Bukan Untuk Saling Mengungguli, Tetapi Wadah Berbagi Maslahah

sumber foto: medcon.id Suatu ketika seorang teman meminta bantuan ku untuk membuatkan nya sebuah flayer , untuk tugas KKN online katanya . Aku kebingungan, bukannya tidak mau, heran saja dia yang dapat tugas kok aku yang harus membuat ? Dia bilang tidak bisa mendesain katanya . Aku bergumam , ini kkn untuk mengabdi apa mau berlomba-lomba bagus-bagusan desain yaa ?   Ada juga teman sekelasku yang mengirim pesan whatsapp dan bertanya padaku, kamu rencananya mau ngadain seminar apa, dengan pematerinya siapa? Aku men jawab mau mengadakan seminar tentang kepenulisan skripsi, pemateri dari DPL-ku sendiri. Kemudian d ia ber tanya lagi , kamu gak berniat me ngundang pemateri dari luar? Dengan tegas aku menjawab, kamu buat event itu untuk mengambil manfaat dari acara yang kamu buat atau cuma ingin dibilang keren dengan mengadakan acara besar dan mengundang pemateri hebat? Dia tidak membalas.   Makin kesini, s epertinya esensi KKN sudah dilupakan sekian banyak mahasi

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Simpang Siur UKT Mahasiswa Hingga Dana Desa, Salah Siapa?

  Berbagai permasalahan baru yang ditimbulkan oleh virus corona semakin   bertambah. Terutama berkaitan dengan keputusan Direktur Jendral ( Dirjen ) Pendidikan Islam ( Pendis ) Kemen trian A g ama yang membatalkan pemberian diskon UKT bagi mahasiswa PTKIN menimbulkan kontraversi dan respon buruk dari kalangan mahasiswa. Pasalnya, dalam S urat E daran (SE) sebelumnya, Kemenag telah memberikan janji berupa potongan UKT minimal 10% bagi mahasiswa PTKIN sebagai upaya meringankan beban mahasiswa. Tak hanya itu, pemerintah juga tengah dipusingkan dengan masalah perekonomian yang semakin memburuk akibat C ovid-19. Berbagai protes juga dilayangkan kepada pemerintah baik daerah maupun pusat terkait tidak meratanya penerima B antuan L angsung T unai (BLT) yang diberikan. S ehingga timbul adanya kecurigaan dan rasa ketidakpercayaan dari warga masyarakat kepada pemerintah di berbagai daerah. Siapa yang Salah? Mahasiswa harus menerima kenyataan pahit atas batalnya diskon UKT yang tel