Langsung ke konten utama

KKN Bukan Untuk Saling Mengungguli, Tetapi Wadah Berbagi Maslahah

sumber foto: medcon.id

Suatu ketika seorang teman meminta bantuanku untuk membuatkannya sebuah flayer, untuk tugas KKN online katanya. Aku kebingungan, bukannya tidak mau, heran saja dia yang dapat tugas kok aku yang harus membuat? Dia bilang tidak bisa mendesain katanya. Aku bergumam, ini kkn untuk mengabdi apa mau berlomba-lomba bagus-bagusan desain yaa?

 

Ada juga teman sekelasku yang mengirim pesan whatsapp dan bertanya padaku, kamu rencananya mau ngadain seminar apa, dengan pematerinya siapa? Aku menjawab mau mengadakan seminar tentang kepenulisan skripsi, pemateri dari DPL-ku sendiri. Kemudian dia bertanya lagi, kamu gak berniat mengundang pemateri dari luar? Dengan tegas aku menjawab, kamu buat event itu untuk mengambil manfaat dari acara yang kamu buat atau cuma ingin dibilang keren dengan mengadakan acara besar dan mengundang pemateri hebat? Dia tidak membalas.

 

Makin kesini, sepertinya esensi KKN sudah dilupakan sekian banyak mahasiswa. Mereka lupa bahwasanya tujuan dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Selebihnya adalah untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari selama enam semester di bangku kuliah secara nyata atau praktek.

 

Entah itu kkn berbasis dari rumah, berbasis dari kos, berbasis dari kontrakan, tidak boleh menjadi alasan untuk tidak mengabdi apalagi mengambil kesempatan di tengah keterbatasan untuk melaksanakan KKN seadanya, yang penting tugas terpenuhi.

 

Saya rasa tidak boleh demikian, meskipun tahun ini kita tidak diterjunkan langsung kepada masyarakat,  setidaknya kita harus bisa membuat masyarakat tahu bahwa kita sedang melaksanakan KKN, dari rumah tentunya. Tugas kitalah untuk menyampaikan kepada masyarakat kenapa KKN dari rumah, kegiatannya apa saja, manfaatnya bagi masyarakat apa? Dengan begitu masyarakat dapat respect kepada kita dan bisa sedikit membantu dengan terlibat kerjasama dengan kita, dengan catatan dalam lingkup personal dan tetap menaati protokol kesehatan.

 

Mungkin hanya sedikit yang menyadari hal tersebut, yang saya rasakan setelah dua minggu melaksanakan KKN dari rumah, kebanyakan mahasiswa hanya melaksanakan KKN untuk memenuhi tuntutan progjanya, berlomba-lomba membuat desain yang bagus, biar like-nya banyak, membuat event besar, biar pesertanya banyak, sehingga tidak sedikit yang melupakan esensi dari KKN itu sendiri.

 

Padahal dapat dipastikan, desain sebagus apapun, even sebesar sekalipun, tidak akan dilirik masyarakat apabila kegiatan yang dibuat tidak berkaitan langsung dengan masyarakat sehingga masyarakat tidak dapat merasakan kebermanfaatannya secara langsung.

 

Okelah, dengan alasan Covid-19 dan tidak ingin menghambat speed up kelulusan, KKN dari rumah jadi solusi alternatif paling tepat. Tapi apakah tepat bila kita tidak meletakkan keterlibatan masyarakat sekecil apapun sebagai skala prioritas?

 

Sehingga, alangkah baiknya untuk kita, mahasiswa KKN dari rumah untuk meluruskan niat, mengabdi bukan tentang saling unggul dan unjuk diri, tetapi lebih kepada bagaimana kita dapat hadir di tengah masyarakat, sekecil apapun, memberikan manfaat bagi diri sendiri, kampus, dan juga masyarakat.

 

meskipun mengabdi dari rumah, KKN harus tetap dijalankan dengan amanah, secara ramah, untuk saling berbagi maslahah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s