Langsung ke konten utama

Internalisasi Moderasi Beragama Lewat Sosial Media

Foto - ‘Gelisah’ Menag LHS : Moderasi Beragama vs Media Sosial       ( Menyimak Rakernas Kemenag RI 2019).

Sumber foto: https://ntt.kemenag.go.id/

 

Munculnya isu-isu radikalisme di Indonesia memicu berbagai pihak khususnya pemerintah dalam menggelorakan moderasi beragama. Moderasi beragama dinilai mampu menangkal berbagai aksi radikalisme dan tindak kekerasan yng mengatasnamakan agama.

Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang majemuk dan plural. Terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, agama, budaya yang sangat riskan terjadi sebuah perbedaan. Sangat dikhawatirkan adanya paham radikalisme dapat menyulut api perpecahan di Indonesia. Sehingga moderasi beragama dengan mengedepankan sikap cinta damai, toleran, berimbang dapat menyelaraskan berbagai perbedaan yang ada menjadi sebuah anugerah yang patut disyukuri.

Disinilah letak peran berbagai pihak harus saling digencarkan. Terlebih adanya pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia. Keadaan ini harus disikapi dengan sigap bila paham-paham radikalisme mulai menggerogot kesatuan lewat media-media sosial dan internet. Pasalnya pandemi Covid-19 telah melumpuhkan segala aktivitas yang mengundang kerumunan dan berbagai kegiatan terpaksa harus dijalankan dari rumah, halnya pekerjaan dan pendidikan.

Pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya mengharuskan sistem pendidikan berjalan secara daring. Hal ini untuk mencegah munculnya kluster baru Covid-19. Pembelajaran daring yang kurang efektif karena pelbagai faktor penghambat tentu saja dapat menjadi bumerang yang dapat mengancam masa depan penerus bangsa. Belum lagi minimnya pengawasan orang tua dan mudahnya akses anak ke dunia maya dapat merusak pemikiran dan pemahaman anak akibat tayangan yang tidak mendidik, aksi radikalisme dan kekerasan yang mudah beredar.

Sehingga sikap moderat sangat penting diajarkan kepada anak sejak dini. Hal ini tentunya dapat diimplementasikan dalam mata pelajaran di sekolah. Untuk itu diperlukan sinergitas dari berbagai pihak untuk mengawal tujuan mulia ini. Setidaknya mengajarkan kepada anak didik pemahaman moderasi beragama dan bagaimana cara bersikap sesuai sikap moderat.

 

Apakah penting?

Negara Indonesia yang sarat akan keragaman, halnya dari segi agama. Menjadi penting sikap moderat diterapkan di Indonesia dan diajarkan kepada anak sejak dini. Hal ini ditujukan untuk menanamkan jiwa toleransi dan empati pada anak untuk merawat Indonesia dalam bingkai kebhinekaan.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa moderasi beragama teramat penting bagi Indonesia. Pertama, mengingatkan manusia bahwa esensi agama adalah menjaga martabat manusia sebagai mahluk yang mulia. Bersikap moderat berarti cinta perdamaian dan keselamatan. Merusak perdamaian dan menghilangkan nyawa manusia berarti menjatuhkan martabat manusia.

 Kedua moderasi sebagai penangkal ketika terjadi salah paham atau beda penafsiran dalam konteks agama. Ini sebagai bentuk antisipasi apabila terjadi konflik akibat kefanatikan agama yang berujung pada permusuhan dan ketidakpercayaan.

 Ketiga moderasi sebagai sarana untuk mengikat kebudayaan Indonesia yang heterogen dalam satu wadah berbentuk toleransi. Moderasi sebagai wadah yang dapat menampung segala kelompok, etnis, bahasa, budaya, dan agama untuk menjalin kerukunan dan saling hidup berdampingan. Disinilah letak keistimewaan Indonesia, kaya akan budaya, agama, ras yang beragam, dengan karakter yang santun, damai, dan toleran mampu mencegah paham radikalisme yang mencekam.

Bagaimana caranya?

Lantas, bagaimana caranya menumbuhkan sikap moderat pada anak sejak dini? Dengan melihat kondisi yang ada tentunya rencana ini tidak akan terealisasi bila hanya didukung oleh satu pihak saja. Internalisasi harus diupayakan dengan kerjasama yang baik antara guru, orang tua, dan juga masyarakat.

Salah satu upaya proses internalisasi nilai moderasi dapat dilakukan dengan penanaman nilai karakter-karakter pada setiap mata pembelajaran. Pelaksanaan proses internalisasi dapat diterapkan pada saat pembelajaran, pembiasaan, penanaman sikap dan tindakan, serta permainan edukatif.  Proses internalisasi tersebut harus dilaksanakan secara utuh dengan bantuan dari orang tua dan guru.

Mengingat pembelajaran saat ini berjalan secara online, maka proses internalisasi dapat diintegrasikan pada tugas-tugas pelajaran, seperti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Akidah akhlak, Baca Tulis Alqur-an, Sejarah Kebudayaan Islam, dan sebagainya. Selain itu, guru harus memberikan jurnal atau catatan harian kepada orang tua siswa untuk mengontrol dan mengawasi kegiatan siswa di rumah. Catatan harian dapat memuat penilaian sikap, pelaksanaan tugas, evaluasi, dan lain-lain. Baik guru maupun orang tua dapat memberikan reward kepada peserta didik setelah menyelesaikan tugas yang diberikan.

Selain itu, Penerapan moderasi beragama tidak hanya diterapkan dalam pembelajaran secara langsung. Namun moderasi beragama juga harus memanfaatkan media yang ada guna memaksimalkan internalisasi moderasi pada peserta didik. Hal ini juga ditujukan untuk mencegah peserta didik dari paham-paham radikalisme islam di media sosial.

Media sosial dipandang sebagai sarana yang paling efektif dan efisien dengan daya pengaruh yang luas bagi para pemakainya. Media sosial dapat menjadi alat yang tepat guna untuk menguatkan opini penyebar informasi, media bertukar informasi, media, dakwah, media penyebaran idea tau gagasan, dan sebagainya. Tidak heran media sosial menjadi alat yang dapat menggiring opini publik.

Maka, hal ini semestinya disikapi positif dengan memanfaatkan media sosial ini sebagai sarana dakwah moderasi islam, khususnya bagi peserta didik yang mudah terpengaruh. Sehingga baik dari pihak pendidik, pemerintah (Kementrian Agama), dan tokoh masyarakat harus memperbanyak dalam menyajikan konten-konten moderasi beragama yang mudah dipahami. Semakin banyak konten moderasi ini akan menguatkan pemahaman peserta didik dan tidak akan terpengaruh ajakan atau paham radikalisme dan terorisme.

 

Term of  Reference:

Kementrian Agama, 2019. Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama.

Kosasih, Engkos. 2019. Literasi Media Sosial dalam Pemasyarakatan Sikap Moderasi Beragama, Jurnal Bimas Islam Vol 12 No. 1, Bandung: Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Purwanto, Yedi. dkk., 2019. Internalisasi Nilai Moderasi Melalui Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Jurnal Edukasi Vol. XVII No. 2. Jakarta: Jurnal Edukasi Kemenag.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s