Langsung ke konten utama

Literasi Sebagai Media Aktualisasi Diri

Ilustrasi Perempuan dan Literasi. Foto: Google Images.

sumber foto: mnews.co.id

Menulis itu rumit, begitu kata Puthut Ea. Katanya menulis itu tidak sulit dan juga tidak mudah, hanya rumit. Sebagian besar penulis setuju, mereka harus melewati kisah-kisah, mendalami peran, menyeimbangkan antara batin dan pikiran, sebelum menuangkannya ke dalam tulisan

Menulis adalah kegiatan untuk mengabadikan pemikiran. Dengan menulis, kita akan menyampaikan pandangan kita kepada orang lain, bukan hanya untuk mereka yang hidup hari ini, tetapi juga untuk mereka yang hidup di masa depan. Meskipun hanya mengangkat hal-hal yang sederhana, menulis sepatutnya menjadi sebuah kebutuhan, berhenti menulis sama saja dengan mati sia-sia. Seperti halnya kata Pramoedya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis,ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

sebelum menulis, terlebih dahulu harus membaca. Tanpa membaca, kita tidak akan tahu apa yang akan kita tulis, benar tidaknya tulisan, kuat atau lemah datanya, dan bermanfaat atau tidak tulisan kita. Karena itu, membaca adalah syarat pertama dan utama ketika hendak menulis. Istilah kerennya, dua kegiatan ini sering dikenal dengan istilah literasi.

Kebanyakan orang, sering memaknai literasi hanya sebatas keterampilan membaca dan menulis. Lebih dari itu, literasi bermakna kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan menyelesaikan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.  Jadi, literasi juga mengarah bagaimana seseorang dapat terampil dalam mengaplikasikan kemampuan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. (National Institute of Literacy).

Dengan berliterasi, akan membantu kita untuk berpikir kritis dan sistematis. Bagaimana tidak, jika kemampuan literasi kita baik, kita tidak akan mudah termakan hoax, ataupun informasi-informasi yang tidak jelas kebenarannya. Dalam istilah jurnalisme, ini yang kita kenal dengan verifikasi data. Selain itu, kemampuan literasi juga membantu kita dalam berpikir sistematis. Sebagai contoh, ketika menulis, kita kita akan dihadapkan pada sebuah masalah atau persoalan, dan kita juga yang dituntut untuk mencari solusinya. Tak hanya itu, kita harus menyajikannya dalam bahasa yang mudah dipahami, mulai dari membuat kalimat, paragraf, narasi, plot, dan sebagainya.

Sama halnya ketika kita sedang menghadapi masalah, entah itu tugas kuliah, pekerjaan, beban hidup, kita dapat menghadapinya dengan tenang, berpikir sebelum bertindak, dan mencari solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahannya.

Aktualisasi diri

Menurut Maslow (1954), aktualisasi berarti proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologi yang unik. Maslow menyebut aktualisasi diri sebagai proses pemanfaatan secara penuh bakat, kapasistas, dan potensi untuk memenuhi kebutuhan diri. Untuk itu, proses aktualisasi harus diawali dengan pengenalan potensi diri, dengan cara me-literasi diri sendiri.

Literasi diri menjadi bagian penting dalam hidup, literasi dapat membantu kita mengenali potensi diri dan mengembangkannya. Sehingga dengan literasi kita akan memiliki cara pandang yang luas terhadap dunia,  dan dapat bertindak yang tepat sesuai kemampuan dan kemauan kita.

Memaksimalkan aktualisasi diri berarti mengenali potensi diri secara menyeluruh, menggalinya, dan mengembangkannya pada lingkungan yang tepat. Sementara pengembangan potensi biasanya terjadi pada usia tumbuh kembang manusia, maka dalam tahapannya harus disisipi dengan kegiatan literasi. Mengapa demikian? Karena membangun budaya literasi harus diupayakan sejak dini mulai dari kebiasaan membaca buku,

Tentunya hal ini akan berjalan efektif ketika didukung dari berbagai pihak, keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Lebih penting lagi adalah upaya sadar mulai dari diri sendiri, mengingat rendahnya tingkat literasi di Indonesia yang tak sebanding dengan tingginya intensitas bermain gawai. Sehingga upaya pemerintah dalam mendongkrak tingkat literasi di Indonesia tidak akan sia-sia. Dan gerakan-gerakan literasi yang digagas dapat berjalan optimal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s