Langsung ke konten utama

From “Bencana” To “Sabda Alam”

From “Bencana” To “Sabda Alam”

Presiden jancukers alias Sujiwo Tejo dalam menyindir orang-orang yang kurang ajar terhadap alam mengatakan “Mari tak menyebutgunung, banjir, longsor dll sebagai bencana. Itu toh cuma cara alam untuk mencapai keseimbangan baru melalui proses fisika-kimia yang logis. Kenapa gak kita sebut Sabda Alam? Kenapa kok secara “kurang ajar” kita sebut bencana?
Begitulah Sujiwo Tejo yang selalu peka dengan masalah yang terjadi pada masa sekarang ini. Menyikapi hal tersebut, penulis akan mencoba membahas terkait maklumat diatas. Pembahasan ini tidak sengaja timbul karena pencakapan penulis dengan seorang mahasiswi semester tiga yang kebetulan satu grup dalam salah satu ukm di kampus.
Sabda Alam, memang terasa aneh jika kita baru mendengar hal ini. Namun, yang dimaksud sabda alam ini mukanlah alam yang bersabda atau berbicara, melainkan sabda alam itu sama dengan hukum alam atau cara alam dalam menyeimbangkan kehidupan. Lalu bagaimana caranya? Caranya ialah dengan proses fisika dan kimia yang logis, seperti erupsi, gempa, tsunami, dll. Selain itu, alam adalah benda mati. Jadi, cara menyeimbangkannya ialah dengan fenomena-fenomena yang terjadi secara alami.
Jika diamati, banyak masyarakat sekarang bisa dikatakan “kurang ajar” dengan alam. Maksudnya bagaimana? Masyarakat banyak yang tidak peduli dengan alam dan hanya memanfaatkan alam untuk dieksploitasi demi kebutuhan pribadinya sendiri.
Lantas, bagaimana seharusnya kita dalam menyikapi fenomena alam yang terjadi? Pastinya dengan cara mitigasi bencana dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Jika tidak, maka jelas akan lebih parah dan mungkin bisa menimbulkan banyak korban.
Bagaimana dengan masyarakat yang tidak peduli tadi? Apa kita biarkan? Sebaiknya kita harus membuat mereka sadar betapa pentingnya menjaga alam. Bagaimana caranya? Kita bisa memberi pemahaman kepada merekadengan menunjukkan dampak yang terjadi jika kita tidak merawat alam. Jika tidak berhasil, kita bisa meminta bantuan dan bekerjasama dengan pemerintah dan tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam masyarakat.
Setelah semua terealisasi, langkah selanjutnya adalah tetap konsisten, karena perubahan membutuhkan waktu yang tidak singkat, inovatif yaitu menciptakan penemuan-penemuan baru yang mendukung program tersebut, dan menjaga integritas karena kita semua adalah satu kesatuan yang harus menjaga alam ini agar bisa dinikmati oleh anak cucu nanti.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s