Langsung ke konten utama

Di Festival Pager Mangkok, Semua "Guyub Rukun"

 

Masyarakat Piji Wetan melangsungkan prosesi kirab budaya dan ritual doa pager mangkok dalam acara Festival Pager Mangkok 2022 di Punden Depok Dukuh Piji Wetan Desa Lau, Dawe, Kudus, Jumat (25/11/2022).


Manusia sejatinya makhluk sosial. Dia ditakdirkan hidup untuk berdampingan dan berinteraksi satu sama lain. Seperti sebuah miniatur kehidupan, Festival Pager Mangkok 2022 menjelma jadi ruang kolaborasi. Di sana, budaya, seni, dan religi saling bertaut dengan manusia-manusia di dalamnya. Semua guyub rukun.

Jumat (25/11/2022), Dukuh Piji Wetan Desa Lau, Dawe, Kudus menjadi tempat penyelenggaraan Festival Pager Mangkok 2022. Di desa yang sudah dinobatkan menjadi desa budaya itu, event budaya tahun kedua itu digelar. 

Penyelenggara, Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) memilih istilah pager mangkok sebagai tema utama yang diambil dari falsafah Sunan Muria "pager mangkok luwih becik tinimbang pager tembok". Artinya, pagar mangkuk lebih baik daripada pagar tembok.

Ini mngingatkan kepada manusia untuk senang bersedekah, memberi pertolongan kepada liyan (orang lain-red), meskipun hanya sekadar memberi makan dan minum. Hal ini juga menjadi pengingat kepada penyelenggara dan kita semua untuk menjaga hubungan baik kepada manusia lainnya.

Di peringatan ulang tahun kedua KBPW itu, acara dimulai dengan kirab budaya dan ritual doa pager mangkok. Pada hari itu, Jumat siang (25/11/2022), masyarakat berkumpul di Panggung Ngepringan. Barisan yang sudah tertata rapi itu berjalan menuju lokasi utama di Punden Depok, Piji Wetan, Lau, Dawe Kudus. 

Siswa siswi paskibra membawa bendera, anak-anak berseragam pakaian adat, lengkap dengan sarung batik, baju putih dan peci hitam kompak mengikuti di belakangnya, ibu-ibu membawa mangkukan dan nasi tomplingan yang dibungkus daun pisang. Di barisan terdepan, bapak-bapak membopong gunungan hasil bumi untuk ditempatkan di tengah-tengah lokasi. Perjalanan kirab tampak lebih meriah dengan iringan terbang papat dari lokasi Punden Depok.

Hujan yang sudah reda tepat sebelum acara dimulai menjadi pertanda keberkahan kegiatan itu. Usai melangsungkan prosesi kirab dan ritual doa pager mangkok, masyarakat Piji Wetan tampak sumringah. Dengan cepat, gunungan hasil bumi diperebutkan warga, niatnya ngalap berkah Sunan Muria. Tak ketinggalan sekitar 400an nasi tomplingan dibagikan ke semua peserta kirab secara merata.

Guyub Rukun 

Gelaran ritual dan kirab budaya pager mangkok yang dilaksanakan tersebut menjadi simbol bahwa masyarakat Piji Wetan masih melestarikan warisan budaya dari Sunan Muria. Guyub rukun ini menjadi cerminan bahwa semua elemen masyarakat dilibatkan dalam kegiatan. Semua saling bahu membahu menyumbang segala potensi sumber daya manusia yang dimiliki dalam rangka melancarkan seluruh agenda yang dirancang.

Koordinator KBPW, Muchammad Zaini atau yang akrab dengan nama Jessy Segitiga itu mengutarakan festival ini merupakan wujud implementasi dari dua falsafah hidup Sunan Muria, yakni tapangeli dan pager mangkok. Tapangeli yang dimaksud ialah penyelenggaraan Festival Pager Mangkok 2022 dengan pembaharuan yang disesuaikan perkembangan zaman.

"Mengarus mengikuti zaman, tetapi tidak terbawa hanyut oleh zaman," begitu Jessy menyimpulkan, Minggu (27/11).

Masyarakat di Kawasan Sunan Muria khususnya Piji Wetan memiliki sikap kemandirian yang kokoh sehingga tidak mudah terpengaruh oleh munculnya budaya dari luar, apalagi budaya asing. Meskipun begitu, bukan berarti masyarakat Piji Wetan menolak adanya modernitas dan pembaharuan yang berbasis teknologi. 

Di samping guyub rukunnya warga sekitar, Piji Wetan juga getol mengangkat nilai-nilai yang diwariskan Sunan Muria. Hal itu terejawentahkan dalam kegiatan-kegiatan seperti pentas teater, pertunjukan, wayang, pameran seni, kelas-kelas kebudayaan, ritual budaya, dan lain-lain.

Pemajuan Budaya 

Eksplorasi kebudayaan yang dilakukan oleh KBPW, lanjut Jessy, menjadi sebuah wadah atau laboratorium bagi para pelaku seni dan budaya sebagai cita-cita bersama untuk mewujudkan pemajuan kebudayaan di kawasan muria. Tujuan besar itu diharapkan dapat memberikan khasanah kepada masyarakat luas dan generasi muda untuk meneruskan apa yang sudah diwariskan oleh Sunan Muria. 

Berkembangnya folklor kemuriaan yang salah kaprah dan menyudutkan Sunan Muria juga menjadi perhatian bersama yang perlu diluruskan. Bahwa nilai-nilai kehidupan yang diajarkan Sunan Muria perlu didorong sebagai wacana bersama sebagai story telling yang lebih menarik.

"Masyarakat perlu disadarkan bahwa folklor penting untuk dirawat, bagaimana menjadikan folklore menjadi hal yang lebih menarik terutama bagi generasi penerus," tambahnya. 

Dalam jangka panjangnya, visi misi memajukan kebudayaan nusantara di Kawasan Muria terus menerus didiskusikan sebagai cita-cita bersama berdasarkan asas asah, asih, dan asuh. Sehingga di Kabupaten Kudus, khususnya di Muria, bisa menjadi superprioritas oleh negara dalam hal pembangunan yang berkelanjutan. 

Tim kreatif KBPW, Muhammad Farid mengungkapkan masih banyak potensi di Kudus dan Muria yang masih tersembunyi. Oleh karenanya, pihaknya menginginkan kedepannya terjadi kesinambungan dan kesalingan antara sandang, pangan, papan, dan potensi desa supaya bisa berkelanjutan dan mendunia.

Salah satu wacana yang sedang dibangun dalam tiga tahun ke depan adalah museum folkore (folktarium) pertama yang ada di Indonesia. Wacana tersebut diharapkan menjadi salah satu cara supaya kawasan muria dilirik oleh masyarakat luar.

"Kebudayaan kita masih belum terlalu signifikan untuk dibicarakan di tingkat internasional, ini yang menjadi tujuan jauh kami ke depannya," kata dia.

Lebih jauh lagi, harapan besarnya nanti adalah mengupayakan pemajuan folklor di kawasan muria ini sehingg bisa menjadi global geopark sebagai warisan budaya yang diakui UNESCO.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mewujudkan Kesadaran Literasi Digital di Era Global

Kemajuan teknologi semakin pesat, memudahkan semua orang untuk mengakses segala informasi setiap saat. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan kemajuan perkembangan media digital. Berbagai media kini mengembangkan situs online nya untuk mengikuti trend sekarang, biar tidak ketinggalan zaman.   ada pula media yang hanya mengejar keuntungan ekonomi, dengan memberitakan atau menyampaikan informasi menurut ramainya pasaran. Hoax? Majunya teknologi harus diimbangi dengan majunya pemikiran dan juga kehati-hatian. Mudahnya informasi beredar tak khayal juga memudahkan hoax dan berita bohong kian menyebar. Pentingnya pengetahuan berliterasi dan bermedia sosial harus kita biasakan sejak sekarang. Biar tak mudah terjebak isu-isu yang beredar atau polemik yang sedang viral. Upaya penangkalan hoax sebenarnya sudah digemparkan sejak lama. Namun tak sedikit pula yang masih mudah terjebak dan termakan berita palsu tersebut. Rendahnya pengetahuan literasi masyarakat di Indonesia inilah yang mem

Sosiawan Leak dan 100 Puisi di Malam Purnama

  Panggung Ngepringan Kampung Budaya Piji Wetan Kudus dibuat riuh kebanjiran kata. Jumat (10/3/2023) malam, sastrawan, budayawan hingga para pemuda pegiat sastra saling melantunkan bait-bait puisi di malam purnama. Agenda itu bernama “Persembahan 100 puisi untuk 1 abad NU”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU IPPNU Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus dan Kampung Budaya Piji Wetan. Acara malam itu menjadi bukti, bahwa eksplorasi budaya perlu dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Acara yang dimulai dengan rangkaian lomba seperti pidato, puisi, hingga pemilihan duta pada siang harinya, kemudian ditutup dengan perayaan pentas puisi di Panggung Ngepringan. Hadir pula di tengah-tengah acara, camat Kecamatan Dawe Famny Dwi Arfana dan sastrawan terkemuka Sosiawan Leak. Usai 10 finalis lomba puisi membacakan karya puisinya, diikuti pementasan puisi Koko Prabu bersama timnya, Koordinator KBPW Jessy Segitiga yang membacakan puisi anaknya, Eko Purnomo dengan

Catatan Lepas

foto: finansialku.com Selasa, 1 November 2022, adalah hari yang cukup mengagetkan bagi saya. Hari itu, saya dipanggil oleh kantor redaksi untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan. Kabar itu sudah santer di lingkungan kantor, dan akhirnya saya harus memenuhi panggilan kantor sebagai bentuk tanggung jawab saya. Hasil pertemuan itu memutuskan, saya untuk satu bulan ke depan ini sudah beralih status menjadi kontributor di lingkar Jateng. Keputusan tersebut tentunya harus saya terima dengan lapang dada. Karena atas perbuatan saya sendiri yang memang salah, yakni menyabang di dua media sekaligus. Meskipun media yang satunya bukan merupakan media mainstream, namun media tetap media. Belum lagi, keteledoran saya yang mengirimkan tulisan ke dua media tanpa proses editing sedikitpun. Memang, saya seperti mempermainkan media yang sudah menerima saya dan menjadi pijakan saya beberapa bulan ini. Sebenarnya saya tak masalah, toh memang saya tidak punya niatan untuk bertahan lama di s